Senin 17 Apr 2017 15:56 WIB

Indonesia akan Gandeng Malaysia Menentang Resolusi Sawit Uni Eropa

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Nur Aini
Pekerja memanen kelapa sawit di perkebunan inti rakyat Mesuji Raya, OKI, Sumatera Selatan, Rabu (7/9).
Foto: Antara/Budi Candra Setya
Pekerja memanen kelapa sawit di perkebunan inti rakyat Mesuji Raya, OKI, Sumatera Selatan, Rabu (7/9).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pemerintah Indonesia tak terima dengan Resolusi Sawit Uni Eropa yang menyudutkan produk kelapa sawit asal Indonesia. Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan, pihaknya akan menggandeng Malaysia untuk bersama-sama menentang kebijakan tersebut.

"Kita berdua dengan Malaysia akan sama-sama menghadapi tuntutan ini," ujar Enggar di kantornya, Jakarta, Senin (17/4).

Mendag menuturkan, Indonesia dan Malaysia merupakan dua negara eksportir produk kelapa sawit terbesar di dunia dengan pangsa pasar 85 persen. Khusus di Asia, pangsa pasar produk sawit dari dua negara yang bertetangga tersebut bahkan mencapai 91 persen. Karenanya, Enggar meyakini kebijakan Uni Eropa terkait sertifikasi produk sawit dan pelarangan biodiesel berbasis sawit akan mengganggu perdagangan dunia.

Ia juga berpandangan, kebijakan Uni Eropa tersebut tak adil. Ini karena hanya produk sawit dari negara-negara tertentu saja yang disudutkan. Padahal faktanya, industri nabati di Uni Eropa juga menggunakan standar produksi yang tidak jauh berbeda seperti halnya produksi minyak sawit di Indonesia.