Senin 17 Apr 2017 16:53 WIB

Bawang Merah Dihargai Rp 2.000 per Kilogram, Petani Menangis

Rep: Lilis Handayani/ Red: Angga Indrawan
  Seorang petani memegang bawang merah.  (ilustrasi)
Foto: Antara/Oky Lukmansyah
Seorang petani memegang bawang merah. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON – Harga bawang merah milik para petani di Kabupaten Cirebon anjlok. Mereka pun terpaksa harus beralih tanam ke komoditas tanaman sayuran lainnya.

 

Pengurus Kelompok Tani Cukang Akar Desa Silih Asih, Kecamatan Pabedilan, Kabupaten Cirebon, Rois, menyebutkan, saat ini harga bawang merah di desanya hanya dihargai Rp 2.000 hingga Rp 3.000 per kg di tingkat petani. Sedangkan harga bawang merah di tingkat pedagang Pasar Induk Kramat Jati Jakarta, diketahuinya hanya Rp 7.000 per kg. "Harga ini sangat rendah sekali," ujar Rois kepada Republika.co.id, Senin (17/4).

 

Menurut Rois, untuk mencapai break event point (BEP), harga bawang merah di tingkat petani seharusnya Rp 20 ribu per kg. Tingginya BEP itu disebabkan mahalnya biaya tanam, termasuk harga bibit bawang merah yang sudah mencapai Rp 40 ribu per kg.

 

Dengan harga jual bawang merah yang hanya Rp 2.000 hingga Rp 3.000 per kg, Rois mengaku petani menanggung kerugian yang sangat besar. Ini karena modal yang telah dikeluarkan selama musim tanam sangat tak sebanding dengan hasil panen yang mereka peroleh. "Petani saat ini menangis," ujarnya.

 

Rois menjelaskan, rendahnya harga bawang merah milik petani itu disebabkan rendahnya kualitas bawang yang mereka panen. Hal itu akibat tingginya curah hujan selama masa tanam yang menyebabkan tanaman bawang merah menjadi rusak.

 

Tak hanya kualitas dan harganya yang rendah, lanjut Rois, hasil panen petani secara kuantitas juga jauh menurun. Dalam kondisi normal, panen bawang merah bisa mencapai sepuluh ton per hektare. Namun, saat ini, hasil panen hanya sekitar empat ton per hektare. "Bahkan banyak juga petani yang gagal panen, tidak dapat hasil sama sekali," terang Rois.

 

Rois mengatakan, anjloknya harga bawang merah membuat petani kesulitan modal untuk memulai kembali penanaman bawang merah pada musim tanam berikutnya. Karena itu, mereka akan beralih pada komoditas tanaman sayuran lainnya, seperti timun dan jagung. "Petani bawang merah saat ini gulung tikar," kata Rois.

 

Sementara itu, salah seorang pedagang sayuran di Pasar Pagi Kota Cirebon, Ilah mengatakan, kualitas bawang merah saat ini memang kurang bagus. Menurut dia, bawang merah cepat membusuk akibat banyaknya kandungan air di dalamnya.

 

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon Ali Efendi membenarkan tingkat intensitas hujan di Kabupaten Cirebon selama musim tanam 2016/2017 memang sangat tinggi. Selain menyebabkan banjir, hal tersebut juga membuat tanaman bawang merah diserang berbagai hama dan penyakit.

Dampaknya, tanaman bawang merah mengalami penurunan secara kuantitas, kualitas maupun harganya. Bahkan, adapula yang mengalami gagal panen. "Hasil panen jadi kurang optimal," kata Ali.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement