REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aisyah ra mengabarkan kisah Juwairiyah binti Harits dengan sangat indah sekaligus penuh guratan kecemburuan. Kisah putri pemimpin kabilah Musthaliq yang menjadi tawanan kaum Muslim setelah kekalahan kaumnya dalam Perang Bani Musthaliq.
Kekalahan perang telah mengubah total kehidupan Juwairiyah binti Harits. Ketika Rasulullah SAW membagi-bagikan para tawanan Bani Musthaliq, kata Aisyah, Juwairiyah binti Harits jatuh ke tangan Tsabit bin Qais bin Syimas, saudara sepupunya.
Juwairiyah kemudian menebus diri dengan membayar secara diangsur. Ia menemui Rasulullah untuk meminta bantuan biaya tebusan atas kemerdekaannya.
Juwairiyah adalah sosok wanita menawan dan pandai bercanda. Siapapun yang melihatnya, pasti akan tertarik. "Demi Allah, saat aku melihatnya di pintu kamar, aku merasa tidak suka padanya. Aku tahu, Nabi akan memandang kecantikannya seperti yang aku lihat,'' kata Aisyah.
Juwairiyah lalu menemui dan mengatakan pada Nabi,"Wahai Rasulullah, aku Juwairiyah binti Harits bin Abu Dhirar, pemimpin Bani Musthaliq. Aku tertimpa musibah seperti yang engkau ketahui sendiri. Aku jatuh dalam bagian milik Tsabit bin Qais bin Syimasy. Aku ingin menebus diriku dengan cara membayar diangsur. Aku datang meminta bantuan padamu untuk kemerdekaanku."
Rasulullah balik bertanya,"Ada yang lebih baik lagi untukmu dari permintaan itu?"
"Apa itu, wahai Rasulullah?" tanya Juwairiyah.
"Aku akan melunasi biaya kebebasanmu dan aku akan menikahimu," kata Nabi.
"Baik, aku mau," kata Juwairiyah.
Setelah itu tersiar kabar kepada seluruh kaum Muslimin bahwa Rasulullah menikahi Juwairiyah binti Harits. Orang-orang kemudian berkata,"Mereka (Bani Musthaliq) adalah besan-besan Rasulullah." Kaum Muslim pun melepaskan semua tawanan.
Aisyah mengisahkan, dengan pernikahan itu, seratus keluarga dari Bani Musthaliq dimerdekakan. Belum pernah ia mengetahui ada seorang wanita yang membawa berkah begitu besar untuk kaumnya melebihi Juwairiyah. (sumber: Biografi 60 Sahabat Rasulullah terbitan Qisthi Press)