Selasa 18 Apr 2017 03:13 WIB

Kemenangan Partai Islam Diharap Menyebar Hingga Indonesia

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Indira Rezkisari
Partai Islam
Partai Islam

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Islam menjadi salah satu pemain utama dalam perpolitikan Indonesia. Pamornya terus diuji dari setiap momen demokrasi negeri. Sebuah tren menyebut popularitas partai Islam terus merosot. Ini dilihat dari performanya di dua pemilu terakhir.

Wakil Ketua Komisi II DPR RI dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera, Al Muzzammil Yusuf mengaku optimistis dengan masa depan partai Islam. "Jika ada yang mengatakan pamornya terus mengecil, saya rasa itu satu pesan yang tidak berbasis pada tren di dunia internasional," kata dia.

Saat berkunjung ke kantor Harian Republika di Jakarta Selatan, Senin (17/4), mantan Wakil Ketua Umum DPP PKS ini menjabarkan potensi partai Islam di tengah masyarakat dunia. Menurutnya, para ahli politik Islam membagi belahan Bumi jadi empat regional politik.

Yakni Timur Tengah, Asia Tengah, Asia Selatan, dan Asia Tenggara. Pamor Islam di empat wilayah tersebut cukup gemilang. Keempatnya juga mewakili kondisi masyarakat internasional yang begitu beragam.

"Kita lihat Asia Tengah, pemenang besar adalah partai Islam," kata dia. Meski Recep Tayyip Erdogan tidak mendeklarasikan sebagai partai Islam namun pamornya sebagai bagian religius begitu kental.

Erdogan mampu meraih suara terbanyak bahkan di tempat yang sangat sekuler fundamentalis. Ia menang tiga kali berturut-turut. Ini merupakan bukti bahwa partai berbasis religius juga menjadi keinginan mayoritas.

Kemudian di tempat Arab Spring, kemenangan kelompok islam di sana lebih dari euforia pemilu 1999 di Indonesia. "Di Indonesia, PDI menang suara terbanyak dalam sejarah pemilu, 36 persen, tidak ada yang mengalahkan angka itu sampai sekarang, bahkan PDI sendiri," kata Al Muzzammil.

Namun di Tunisia, lanjutnya, partai Islam, Ennahda mampu meraih suara 40 persen. Padahal pemimpinnya saat itu, Rached Ghannouchi baru pulang dari pengasingan di Inggris.

"Jadi, euforia orang yang menginginkan partai Islam itu besar sekali," kata dia. Al Muzzammil menyebut lagi Maroko sebagai contoh. Partai Islamnya meraih suara 40 persen. Mesir punya partai-partai Islam dengan kombinasi suara 60 persen. Juga di Palestina yang faksi Hamasnya sendiri bisa menggaet 60 persen suara.

Sehingga, Al Muzzammil pun optimis partai Islam di Indonesia mampu memunculkan pesona tersebut. Meski ia mengakui tetap perlu waktu untuk terus menempa dan membenahi diri.

"Saat ini, giroh Islam itu luar biasa, dipicu oleh penistaan agama itu salah satunya," katanya. Ia merujuk pada aksi akbar 212 yang menurut data foto Google diikuti oleh sekitar tujuh juta orang. Aksi ini menjadi panggilan bagi Muslim yang merasa tersakiti karena agamanya diusik-usik.

Menurutnya, Indonesia belum punya demo sebesar itu dalam sejarah. Demo tersebut pun menunjukkan Islam yang sebenarnya, Islam yang damai. Ia meyakinkan jika bukan umat Islam, maka demo sebesar itu bisa jadi berakhir ricuh dan kota hancur.

"Semangat keberagaman luar biasa tumbuh, (Donald) Trump juga yang membuatnya begitu di dunia internasional," katanya. Al Muzzammil menyerukan ujian ini bisa membawa pada perbaikan. Hanya tinggal kemampuan partai Islam saja untuk menampilkan Islam dengan berbagai aspek.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement