REPUBLIKA.CO.ID, Sejak Senin (17/4) pagi warga telah berjaga di halaman kantor Dewan Perwakilan Cabang Partai Persatuan Pembangunan (DPC PPP) Jakarta Selatan. Warga memasang dua buah bambu menyilang di depan pintu kantor yang terletak di Jalan Jagakarsa Raya, Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Di sekitar bambu itu, spanduk putih bertuliskan dilarang masuk bertinta merah dipasang. Uniknya, spanduk itu terbuat dari bekas spanduk kampanye Agus-Sylvi yang sudah tumbang di putaran pertama Pilkada DKI Jakarta. Sejumlah kudapan juga terlihat di sekitar pintu untuk sekadar mengganjal perut warga yang berjaga.
Temuan ratusan karung sembako di gedung PPP ini memang cukup meresahkan masyarakat Jagakarsa. Pasalnya, warga melihat truk-truk sembako berkeliaran di sekitar Jagakarsa. Paling jelas terlihat di kantor PPP ini. Akhirnya, seluruh elemen masyarakat pun berkumpul datang ke kantor itu untuk berjaga.
Iwan Setiawan, salah satu warga Jagakarsa yang berjaga mengatakan, ratusan massa dari berbagai elemen masyarakat berkumpul di halaman kantor dan turut mengamankan kantor. Menurut Iwan, mereka berjaga hingga Selasa (18/4) Subuh. "Ada dari FPI, FBR, Bang Japar Pemuda Pancasila, takmir Masjid, banyak deh," ujar Iwan.
Iwan juga masih berjaga di depan gedung DPC PPP Jagakarsa ini. Bersama sejumlah rekannya mereka berjaga tepat di depan pintu kantor. Hingga Selasa (18/4) pukul 11.00 WIB, Iwan bersama enam orang rekannya setia menjaga gedung bercat hijau tua ini.
Iwan menuturkan, penjagaan ini bermula dari kecurigaan warga pada truk yang keluar dari gedung DPC PPP Jagakarsa ini. Truk itu, menurut Iwan, datang ke kantor pukul 02.00 WIB. Kurang lebih, kata Iwan, ada empat mobil dan tiga sepeda motor yang terlihat.
Mengingat ini adalah masa tenang pemilu, Iwan memandang adanya jumlah besar sembako di salah satu kantor parpol menurut Iwan, terlalu meresahkan warga. Akhirnya mereka pun memutuskan untuk terus berjaga.
Penjagaan ini pun, menurut Iwan karena adanya sembako di dalam kantor menyebabkan keresahan di masyarakat. Sehingga, warga memutuskan untuk menutup akses kantor. "Jadi jangan sampai ada yang masuk atau keluar," kata Iwan.
Senin lalu sempat muncul isu penyegelan oleh warga. Iwan meluruskan, memang penyegelan itu seharusnya tidak boleh dilakukan oleh warga. "Jadi munculnya tulisan segel itu saat menunggu kehadiran polisi," ujar Iwan.
Hingga akhirnya pada Senin siang polisi hadir. Namun, polisi tidak ingin mencampuri urusan internal partai dan tidak bersedia melakukan penyegelan. Akhirnya, menurut Iwan warga memutuskan untuk menjaga gedung ini.
Sementara warga Jagakarsa, Bima Rianto, mendapati sejumlah ibu-ibu membawa sembako pada Senin pagi hari di lingkungannya di Jagakarsa. Menurut Bima, isi sembako itu minyak, beras dan gula. "Ini terlalu aneh buat warga dan warga yang ambil anehnya bukan warga kita," ujar Bima.
Bima menyesalkan adanya penumpukan sembako itu. Pasalnya, di masa tenang ini menurut Bima harusnya masyarakat benar-benar mendapatkan ketenangan. Jadi, menurut Bima, penjagaan ini memang diperlukan untuk menjaga ketenangan di masyarakat. "Nggak peduli dari calon nomor dua atau nomor tiga, intinya adanya penumpukan sembako di kantor parpol terlalu mencurigakan, jadi diamankan terus," ujar Bima.
Ibrahim Arrasyid Ghozi, anggota Dewan Masjid Jagakarsa terlihat juga hadir di penjagaan Selasa. Ia bahkan mengkritisi klarifikasi PPP. Sebelumnya, PPP mengatakan jika sembako itu dipersiapkan untuk acara internal PPP berupa istighotsah.
"Kalau memang mau istigotsah ya di Masjid saja sudah, kalau di kantor parpol gini dengan situasi pemilu kan kesannya aneh," ujar Ghozi.
Baca juga, Panwaslu Temukan Lagi Mobil Sembako di Palmerah.
Selain itu, salah satu yang terlihat berjaga adalah anggota Bang Japar. Dengan kais hitam dan sabuk khas betawi, ia juga turut berjaga di depan pintu. "Jika masyarakat merasa terganggu, kita bertugas mengamankan," kata Arendi, anggota Bang Japar yang sedang berjaga.
Menurut Iwan, penjagaan ini akan terus dijalankan hingga pilkada usai. Hal ini, menurut dia, untuk menjaga kondusivitas Pilkada DKI Jakarta Putaran Kedua. Dia menambahkan, penjagaan ini juga bebas dari afiliasi mana pun. "Adanya gempuran sembako di kawasan Jagakarsa ini memalukan, bisa mencederai demokrasi Jakarta, untuk itu kita bersama warga tolak," ujar Iwan menambahkan.