Selasa 18 Apr 2017 21:31 WIB

Sejarawan: Penulisan Sejarah Minangkabau Penting Dilakukan

Penyambut tamu berpakaian anakdaro dan marapulai, berada di depan Gedung Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM), di Jl Kh A Dahlan, Padang, Sumatera Barat, Kamis (23/4).  (ANTARA/Iggoy el Fitra).
Foto: ANTARA/Iggoy el Fitra
Penyambut tamu berpakaian anakdaro dan marapulai, berada di depan Gedung Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM), di Jl Kh A Dahlan, Padang, Sumatera Barat, Kamis (23/4). (ANTARA/Iggoy el Fitra).

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Sejarawan Universitas Negeri Padang (UNP) Sumatera Barat Prof Mestika Zed mengatakan, penulisan terhadap sejarah Minangkabau sangat penting untuk dilakukan. Menurutnya sejarah Minang belum tertulis secara menyeluruh.

"Zaman prasejarah di Minangkabau mempunyai nilai sejarah yang tinggi, hal ini terbukti dengan adanya tinggalan-tinggalan dari zaman tersebut," katanya di Padang, Selasa (18/4).

Ia menambahkan dalam penulisan sejarah Minangkabau sebelumnya sudah pernah dilakukan oleh M.D Mansoer dan beberapa orang lainnya pada tahun 1970. Menurutnya untuk penulisan sejarah Minangkabau hendaknya melibatkan beberapa ahli dari beberapa disiplin keilmuan, seperti dengan melibatkan para arkeolog dan juga filolog.

"Dalam upaya melakukan penulisan ini maka sebelumnya hendaklah dilakukan penyamaan persepsi terhadap konten yang akan ditulis," sebutnya.

Senada Penasihat Sosio-Budaya Kerajaan Malaysia, Tan Sri Rais Yatim mengatakan dalam upaya penulisan sejarah Minangkabau maka hal pertama yang harus dilakukan adalah penyatuan persepsi antar sejarawan.

Menurut Tan Sri yang merupakan keturunan Minang ini setelah adanya satu persepsi antara para sejarawan maka baru dirumuskan upaya-upaya yang akan dilakukan selanjutnya. "Penulisan terhadap sejarah Minang ini penting untuk dilakukan, sebab keberadaannya Minangkabau memiliki banyak pengaruh di nusantara, salah satunya di Malaysia," katanya.

Sementara itu Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Padang, wilayah kerja Sumbar, Bengkulu dan Sumsel, Suarman mengatakan penulisan terhadap sejarah Minang harus dilakukan karena masyarakat membutuhkan hal tersebut.

"Sebelumnya kami mendapat masukan dari ninik mamak untuk mendudukkan dan melakukan penulisan terhadap sejarah Minang," lanjutnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَاۤجَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖٓ اَنْ اٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ ۘ اِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۙ قَالَ اَنَا۠ اُحْيٖ وَاُمِيْتُ ۗ قَالَ اِبْرٰهٖمُ فَاِنَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۚ
Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.

(QS. Al-Baqarah ayat 258)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement