REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kata 'Haman' dalam Alquran pernah diperdebatkan oleh sebagian orientalis sebagai bentuk kesalahan dalam pembacaan Alkitab dari Kitab Ester karena menempatkan Haman 1.100 tahun sebelum zaman Ester. Namun, perdebatan itu menemui titik terang setelah ditemukannya prasasti "Batu Rosetta" tahun 1799 dan tersingkapnya nama 'Haman' yang menggambarkan hubungannya dengan Firaun. Lihat Wreszinski (1906).
Menurut Harun Yahya, nama 'Haman' tidak diketahui secara pasti hingga dipecahkannya huruf hieroglif Mesir pada abad ke-19. Ketika hieroglif terpecahkan, diketahui bahwa Haman adalah seorang pembantu dekat Firaun dan 'pemimpin pekerja batu pahat'. "Penugasan Firaun yang memerintahkan Haman untuk mendirikan bangunan itulah yang perlu ditegaskan karena itu membuka lembaran sejarah baru siapa sesungguhnya Haman," kata Harun Yahya.
Harun Yahya menambahkan, dari cerita Nabi Musa AS dan perselisihannya dengan Firaun dan keterangan Mesir Kuno, telah menjadi perhatian para pakar dunia, khususnya arkeologi dan kepurbakalaan di masa kini.
Munculnya nama Haman, sebagaimana disebutkan dalam Alquran, sangat mengagetkan banyak pihak, terutama para orientalis dan pemikir Barat. Sebab, nama Haman tak satu pun ditemukan dalam kitab Taurat yang berkaitan dengan kehidupan Nabi Musa AS.
Penyebutan nama Haman hanya ditemukan di bab-bab terakhir Perjanjian Lama sebagai pembantu raja Babilonia yang melakukan banyak kekejaman terhadap Bani Israil kira-kira 1.100 tahun setelah Nabi Musa AS.
Karena itulah, para pemikir Barat 'merasa kecolongan' ketika Alquran menyebutkan nama Haman yang merujuk pada kehidupan sezaman dengan Nabi Musa AS. Mereka pun lantas melontarkan tuduhan bahwa Alquran 'keliru' dalam mengemukakan nama Haman.