REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Hingga saat ini cuaca ekstrem berupa hujan disertai angin kencang masih melanda wilayah Sleman. Koordinator Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta Djoko Budiono menuturkan, kondisi tersebut terjadi karena dipengaruhi oleh kemunculan sirkulasi pusaran angin skala kecil (eddy).
Menurutnya, pusaran angin tersebut, berada di selat Karimata dan menyebabkan konvergensi (daerah pertemuan angin) di wilayah Jawa termasuk Yogyakarta. "Dampaknya, beberapa hari ke depan, Yogyakarta diprediksi akan mengalami hujan dengan intensitas ringan-sedang," ujar Djoko.
Ia mengemukakan, selama musim pancaroba, potensi hujan lebat dengan intensitas singkat disertai dengan angin kencang semakin meningkat. Sleman pun menjadi salah satu kabupaten yang paling banyak terdampak oleh peralihan musim tersebut.
Misalnya pada Selasa (18/4) dan Rabu (19/4), angin bergerak dengan kecepatan hingga 20 kilometer per jam. Sehingga wilayah Sleman bagian utara mengalami hujan disertai angin kencang, karena kontribusi angin laut dari selatan bergerak menuju utara. Akibatnya, sejumlah pohon tumbang.
Selain itu, pembentukan awan cumulonimbus (Cb) juga dinilai cenderung tinggi. Bahkan dalam dua hari ke depan, kecepatan angin diprediksi berkisar antara 10 hingga 20 knot atau 18 sampai 36 Km per jam.