REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Gubernur Sumatra Barat (Sumbar), Irwan Prayitno meminta maskapai Garuda Indonesia lebih proporsional dalam menetapkan tarif tiket Jakarta-Padang dan sebaliknya, terutama saat Ramadhan dan Lebaran agar tidak menjadi penyebab utama inflasi di daerah itu.
"Selama ini Garuda hampir selalu menggunakan tarif batas atas untuk rute Jakarta-Padang dan sebaliknya, sehingga menjadi salah satu penyebab tingginya angka inflasi," kata dia di Padang, Jumat (21/4).
Menurutnya, tarif tiket Garuda menjadi patokan bagi maskapai lain dalam menetapkan tarif. Jika Garuda menggunakan batas atas, maskapai lain akan ikut menyesuaikan hingga tarif rute Jakarta-Padang menjadi sangat mahal. Kondisi itu berbeda dari rute Jakarta-Pekanbaru yang jarak tempuhnya relatif sama, tetapi tarifnya hanya setengah dari tarif Jakarta-Padang. "Ini tidak hanya merugikan daerah tetapi juga merugikan masyarakat," katanya.
Ia mengatakan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumbar telah tiga kali melayangkan surat pada Garuda Indonesia, tetapi selalu diberikan jawaban normatif tentang tarif atas dan tarif bawah sesuai Permenhub Nomor 14 tahun 2016. "Jawabannya seolah Pemprov Sumbar ini anak kecil semua yang tidak paham aturan. Garuda memang tidak menyalahi aturan dengan tarifnya. Tapi yang kita minta itu jangan pakai batas atas terus," kata dia.
Ia optimistis jika Garuda menurunkan tarif maka maskapai lain juga akan melakukan hal yang sama sehingga masyarakat Sumbar tidak akan dirugikan dan inflasi daerah tidak tinggi. Penetapan tarif transportasi udara di Indonesia sesuai Permenhub Nomor 14 tahun 2016 dihitung berdasarkan empat komponen masing-masing jarak, pajak, iuran wajib asuransi dan passenger service charge, serta biaya tambahan apabila ada.
Pada 2016 Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbar mencatat angkutan udara menjadi pemicu inflasi tertinggi di Padang pada Desember 2017. Inflasi mencapai 0,07 persen, angkutan udara menjadi salah satu penyumbang terbesar dengan andil 10,41