Sabtu 22 Apr 2017 11:19 WIB

Dari Dangdut, Rock, Politik: Iris Telinga Jangan Hanya Sesumbar!

Si Raja Dangdut, Rhoma Irama, tetap seorang bintang yang menjadi magnet dalam tiap penampilannya bersama Group Soneta.
Foto: antara
Si Raja Dangdut, Rhoma Irama, tetap seorang bintang yang menjadi magnet dalam tiap penampilannya bersama Group Soneta.

Semenjak dahulu kala hingga masa Indonesia modern, tradisi sesumbar dengan memotong bagian tubuh seperti potong telinga lazim digunakan. Di zaman masa transisi atau pada awal berdirinya kerajaan Majapahit pun sudah ada aksi potong telinga yang dilakukan Raja Singasari Kertanegara (tahun 1293) yang memotong telinga Meng Ki, utusan Kaisar Cina Kubilai Khan. Kertanegara memotong telinga Meng Ki sebagai jawaban atas surat dari Kaisar Cina agar negara Singasari menjadi koloninya.

Uniknya, dalam rentang masa modern, dalam soal perpolitikan paling mutakhir seumbar sejenis mulai dari aksi bunuh diri meloncat dari puncak Tugu Monas, potong alat kelamin hingga payudara, jalan mundur,  menggantung diri, hingga potong telinga makin kerap dilakukan.

Namun, dalam kasus ini yang paling mengasyikan untuk dibahas adalah soal janji iris atau potong telinga. Paling awal yang sesumbar akan potong telinga adalah tokoh PPP dari Kampung 'Tenabang', Haji Lulung Lunggana. Dia berjanji untuk potong telinga dalam dua hal. Pertama, ketika membalas manuver Ahok yang sesumbar akan maju melalui jalur independen dalam Pilkada Gubernur DKI Jakarta. Lulung menampiknya karena menurut analisanya Ahok hanya 'omong besar' saja.

Nah, janji potong telinga yang kedua dari Lulung adalah ketika menyebut Ahok tak bakal menang dalam Pilkada yang baru berakhir beberapa hari itu.''Iris kuping saya kalau Ahok Menang,'' kata Lulung. Lalu apa hasilnya? Ternyata dikemudian hari apa yang dikatakan Lulung terbukti: Ahok maju melalui dukungan partai dan kalah dalam Pilkada. Di sini, harus diakui, Lulung punya insting politik yang hebat. Dan kini menjadi pantas ketika sesuai pilkada Jakarta banyak kader PPP yang mengelukan dia menjabat sebagai Ketua Umum PPP.

Selain Lulung sesumbar iris telinga terkait pilkada Jakarta, juga datang dari pernyataan 'bintang talks show' Ruhut Sitompul. Sesumbar terlontar dari mulut Ruhut ini terjadi di akhir Januari 2017 lalu. 'Si Poltak Raja Minyak' sebutan akrab dari Ruhut, bilang siap potong kuping kalau Ahok tidak menang di Pilkada 2017.

Kala itu, Ruhut diminta menanggapi hasil survei CSIS. Kebetulan, survei menempatkan Ahok sosok pemimpin Jakarta 'tanpa tanding' karena memiliki popularitas paling tinggi (94 persen) dan tingkat elektabilitas tinggi (43,25 persen), dibandingkan tokoh lain yang dinilai layak untuk maju dalam pencalonan gubernur Jakarta.

Tapi suratan tangan Ruhut berbeda dengan Lulung. Ahok yang didukung Ruhut kalah telak dalam Pilkada DKI Jakarta. Maka setelah itu tentu saja di medsos berhamburan tuntutan agar 'Ruhut potong telinga' untuk melunasi janjinya. Salah satunya datang dari 'seteru abadinyanya' Hotman Paris Hutapea.

"Apakah sekarang tiba waktunya untuk perhelatan potong dua kuping? Kapan dan di mana?" kata Hotman.

"Apakah acara potong kuping perlu dibuat upacara Tor-Tor adat Batak dengan acara Gondang Batak Bertalu-talu. Hotman Paris bersedia menjadi Raja Parhata (pemimpin adat)," ujarnya lagi.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement