Sabtu 22 Apr 2017 12:29 WIB

Wakil PM Jamin Turki Tetap Demokratis dan Sekuler Pascareferendum

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Ani Nursalikah
Massa pendukung referendum Turki yang mendukung sistem presidensiil merayakan hasil referendum di Istanbul (16/4)
Foto: Emrah Gurel/AP
Massa pendukung referendum Turki yang mendukung sistem presidensiil merayakan hasil referendum di Istanbul (16/4)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Wakil Perdana Menteri Turki Mehmet Şimşek telah berusaha meredakan kekhawatiran perusahaan-perusahaan di Barat terkait demokrasi Turki pascareferendum. Dia meyakinkan, Turki masih negara yang demokratis, sekuler dan tidak akan berubah menjadi rezim yang otoriter.

“Turki tidak berubah menjadi rezim otoriter. Turki masih dijalankan oleh supremasi hukum dan ini tidak akan berubah,” kata Şimşek dalam sebuah pertemuan dengan perwakilan senior dari perusahaan-perusahaan Barat terkemuka di Washington, dilansir Hurriyet Daily News, Jumat (21/4).

Hingga kini, Şimşek mengakui keadaan di Turki masih darurat. Namun, hal tersebut penting untuk keselamatan dan keamanan Turki. Şimşek meyakinkan situasi ini hanya sementara dan Turki akan segera stabil.

Ia pun menyatakan, Turki masih berdedikasi pada nilai-nilai universal, peraturan, demokratis, aturan hukum dan hak asasi kebebasan. “Apa yang dipilih pada 16 April 2017 bukanlah perubahan rezim. Perubahan konstitusional ditujukan untuk mengatasi beberapa masalah struktural,” kata Şimşek

Pertemuan tersebut dihadiri eksekutif senior dari Abbott, Apple, Boeing, Cargill, Honeywell, Lockeed Martin, Metlife, Pfizer dan Coca-cola, serta ada juga perwakilan terkemuka dari LSM dan universitas.

Selain sejumlah perubahan sistem dalam ekonomi mikro, kata Şimşek, dia akan merencanakan perubahan komprehensif yang akan memperbaiki sistem investasi Turki, dan akan menjadikan Turki lebih dapat diprediksi.

“Tidak ada alternatif untuk Turki selain reformasi. Pemerintah kita tidak punya pilihan lain selain melakukan reformasi. Salah satu fokus khusus dari reformasi ini, yaitu menempatkan ekonomi pada era baru,” kata dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement