REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Gelombang pasang dan banjir rob yang terjadi di wilayah laut selatan Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, tepatnya di Palabuhanratu merusak sejumlah warung dan rumah warga yang berada di pesisir pantai.
"Ada beberapa warung dan rumah semipermanen milik warga di sekitar Pantai Citepus, Palabuhanratu yang rusak akibat diterjang gelombang tersebut," kata Seketaris Badan Penyalamat Wisata Tirta (Balawista) Kabupaten Sukabumi Yanyan Nuryanto di Sukabumi, Ahad (23/4).
Informasi yang dihimpun, bencana tahunan tersebut merusak sembilan warung dan tempat tinggal warga pesisir, namun tidak ada korban jiwa pada peristiwa ini. Tetapi kondisi bangunan yang mayoritas terbuat dari kayu dan bambu tersebut hanyut terbawa air laut.
Gelombang pasang ini sudah terjadi sejak empat hari yang lalu dan tidak menutup kemungkinan gelombangnya akan lebih tinggi karena hembusan angin cukup kencang karena puncak angin barat.
Menurutnya, gelombang pasang dan banjir rob ini merupakan fenomena tahunan sehingga warga sudah terbiasa dengan kejadian ini. Padahal pemerintah dan instansi terkait sudah mewanti-wanti agar tidak mendirikan bangunan secara ilegal karena selain merusak pemandangan laut juga rawan terkena dampak bencana seperti ini.
Untuk kali ini dampaknya belum begitu besar, tidak seperti tahun-tahun lalu yang mengakibatkan puluhan warung yang juga dijadikan rumah hancur disebabkan gelombang tinggi.
Sementara, Ketua Forum Koordinasi SAR Daerah Kabupaten Sukabumi Okih Fajri mengatakan pihaknya saat ini masih melakukan pendataan terkait jumlah bangunan yang terkena dampak banjir rob dan gelombang pasang.
"Bencana ini setiap tahun selalu terjadi dan tidak pernah ada korban jiwa pada peristiwa tersebut karena warga pesisir sudah terbiasa dengan fenomena alam seperti ini," katanya.
Salah seorang warga sekitar Asep Ade Saepuloh menambahkan gelombang pasang ini tingginya bisa mencapai empat meter akibatnya banyak permukiman dan warung semipermanen yang berdiri di sekitar pesisir pantai terkena dampaknya.