REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN - Menteri Luar Negeri Jerman Sigmar Gabriel mengatakan, hubungan mendalam antara Jerman dan Israel adalah bagian dari identitas nasional dan kebijakan luar negeri Jerman. Namun menurutnya, Berlin akan terus mendesak Israel agar mendukung solusi dua negara dalam konflik dengan Palestina.
"Sehubungan dengan konflik Timur Tengah, solidaritas kami dengan Israel juga berarti memastikan bahwa Israel dan Palestina dapat hidup berdampingan dalam perdamaian. Hanya solusi dua negara yang dapat berkelanjutan," kata Gabriel, Ahad (23/4), yang akan mengunjungi Israel.
Kunjungan Gabriel ini merupakan kunjungan pertama sejak ia menjadi Menteri Luar Negeri Jerman pada Januari lalu. Ia mengunjungi wilayah itu karena adanya kekhawatiran Jerman tentang pembangunan permukiman Israel yang menyeret hubungan kedua negara ke titik terendah mereka selama bertahun-tahun.
Pemerintah Jerman telah membangun hubungan yang kuat dengan Israel sejak Perang Dunia II. Jerman berusaha keras menebus kesalahan terakit pembunuhan enam juta orang Yahudi oleh Nazi.
Gabriel akan mengunjungi perayaan Holocaust Yad Vashem pada Senin (24/4) dan bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Juru bicara Gabriel, Martin Schaefer, juga mengatakan Gabriel akan bertemu dengan pejabat pemerintah Palestina.
"Kami tidak percaya bahwa situasi saat ini dapat berkelanjutan. Kami pikir perlu melakukan upaya lain untuk menghidupkan kembali perundingan di Timur Tengah," kata Schaefer.
Kepala Komite Urusan Luar Negeri Parlemen Jerman, Norbert Roettgen, mengatakan kurangnya kemajuan dalam konflik Israel-Palestina menimbulkan ancaman jangka panjang bagi Israel. Menurutnya, hubungan kedua negara itu tetap penting di tengah banyaknya perbedaan.
"Semua orang yang peduli terhadap Israel, merasa sedih, bahkan tertekan, tentang seberapa besar Israel mengandalkan superioritas militer dan tidak mengembangkan perspektif apapun untuk situasi ini," katanya.
Roettgen mengatakan bahwa Israel mendapat keuntungan dari ketegangan di wilayah lain, yang telah mengalihkan fokus dunia dari isu Israel-Palestina dan pertempuran di antara orang-orang Palestina itu sendiri.
"Itu adalah ancaman nyata bagi Israel dalam jangka panjang," kata dia.
Perundingan damai antara Israel dan Palestina telah dibekukan sejak 2014 dan permukiman adalah salah satu isu yang paling memanas. Warga Palestina menginginkan Tepi Barat dan Yerusalem Timur untuk menjadi bagian dari negara mereka, bersama dengan Jalur Gaza.