REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop kembali menyerang Korea Utara setelah negara tertutup tersebut memperingatkan Australia dapat menjadi target serangan senjata nuklir jika terus membabi-buta mengikuti Amerika Serikat.
Ancaman yang disampaikan juru bicara Kementerian Luar Negeri Korea Utara itu terjadi hanya beberapa hari setelah Menlu Julie Bishop dalam wawancaranya dengan ABC memperingatkan program senjata nuklir Korea Utara dapat menimbulkan ancaman serius bagi Australia.
Juru bicara Pyongyang itu memperingatkan Bishop berpikir dua kali mengenai konsekuensi yang akan diakibatkan oleh lidahnya yang sembrono sebelum menyanjung AS."Apa yang dia ucapkan tidak akan pernah bisa diampuni," kata juru bicara tersebut.
"Pemerintah Australia saat ini telah secara membabi-buta dan dengan giat mengikuti kebijakan AS," katanya, sambil menuduh Australia mengutarakan omong kosong.
"Jika Australia bersikeras mengikuti langkah AS untuk mengisolasi dan menekan Korea Utara, ini akan menjadi tindakan bunuh diri untuk masuk dalam jangkauan serangan nuklir dari kekuatan strategis Korea Utara."
Menanggapi komentar tersebut, Menlu Julie Bishop mengatakan ancaman Pyongyang ini semakin menggarisbawahi perlunya rezim tersebut untuk menghentikan program senjata nuklir dan rudal balistik ilegal mereka. [Program nuklir dan rudal balistik Korea Utara] telah menghadirkan ancaman serius kepada negara tetangganya, dan jika dibiarkan, itu juga akan menjadi ancaman ke wilayah yang lebih luas di kawasan termasuk Australia," katanya.
"Pemerintah Korea Utara harus menginvestasikan kesejahteraan rakyatnya yang telah lama menderita, dan bukan senjata pemusnah massal," tegas Menlu Bishop.
Korea Utara dilaporkan telah memiliki rudal yang secara teoritis mampu menghantam Jepang dan pangkalan militer AS di Guam, dan ada kekhawatiran bahwa Korea Utara juga berusaha mengembangkan rudal balistik antar benua yang dapat mencapai target sejauh Australia utara atau pantai barat Amerika Serikat.
AS akan hadapi Korea Utara
Komentar Menlu Bishop ini disampaikan bertepatan dengan kunjungan Wakil Presiden AS, Mike Pence ke Australia (22/4) yang terus mengutuk program senjata Pyongyang ditengah meningkatnya ketegangan antar kawasan.
Mike Pence di hadapan media usai bertemu dengan PM Malcolm Turnbull di Sydney, Australia menyampaikan ucapan terima kasih kepada Pemerintah Australia karena telah meminta Cina untuk memberikan tekanan ekonomi dan diplomatik yang lebih besar kepada Korea Utara.
"Seperti yang diputuskan oleh Presiden Trump beberapa hari yang lalu, jika Cina tidak dapat menangani Korea Utara, Amerika Serikat dan sekutunya yang akan menanganinya."
“PM Australia, ketahuilah kalau Presiden Trump dan saya sungguh berterima kasih anda telah mendesak Cina bahkan pada pekan ini untuk berperan lebih aktif dan konstruktif dalam menghadapi ancaman oleh Korea Utara,” kata Pence.
Mike Pence juga tidak menyangkal peluang penggunaan kekuatan militer di Korea Utara dengan berkali-kali mengatakan seluruh opsi sudah dipertimbangkan, tapi menekankan kalau AS pada saat ini masih memfokuskan pada upaya diplomasi.
PM Malcolm Turnbul pada kesempatan yang sama juga mengatakan Australia yakin Cina memiliki kapasitas untuk lebih menekan Korea Utara. Namun dia menolak menjawab pertanyaan apakah Australia akan bergabung dalam serangan militer apapun yang dilancarkan terhadap rezim Korea Utara di masa depan.
“Pada saat ini, dukungan yang kita sediakan masih pada tingkatan diplomasi dan hal ini merupakan tahapan yang penting,” kata Turnbull.
“Kami cukup yakin, saya dapat katakan, kalau China akan menanggapi tantangan dan tanggung jawab ini. Cina memiliki pengaruh, sebuah kemampuan untuk mempengaruhi Korea utara yang jauh melampaui negara lain.”
“Sebagaimana saya katakan pada awal pekan ini, mata dunia sekarang tertuju pada Beijing. Kita menuntut kepemimpinan Cina untuk bergabung dalam kepemimpinan yang telah lebih dahulu ditunjukan oleh AS, Jepang dan Australia serta negara-negara lain di seluruh dunia dalam komitmen terhadap perdamaian.”
Bipartisan terhadap Korea Utara
Sementara itu anggota parlemen federal dari Partai Buruh, Ed Husic mengatakan penting bagi oposisi dan Pemerintah Federal untuk mempertahankan pendekatan bipartisan terhadap Korea Utara. Husic mengatakan bahwa rezim Korea Utara adalah salah satu "ancaman keamanan terbesar bagi Australia" dan kawasan Asia Pasifik.
Dia mengulangi desakan Perdana Menteri Turnbull terhadap China untuk memberi tekanan lebih besar pada rezim Korea Utara. "Saya pikir ini menimbulkan kekhawatiran serius," kata Husic.
"Uji coba teknologi rudal mereka yang terus berlanjut memiliki satu tujuan akhir dalam benak mereka yakni untuk memiliki jangkauan terjauh dimana teknologi rudah mereka akan mampu menyebabkan masalah dan meningkatkan ketegangan."
Diterjemahkan pada pukul 16:35 WIB, 23/4/2017 oleh Iffah Nur Arifah. Simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini.