REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memilih tiga negara Afrika yakni Ghana, Kenya dan Malawi sebagai tempat uji coba pertama kali vaksin malaria di dunia. Hal itu diumumkan WHO pada Senin (24/4) dimana uji coba vaksin akan dilakukan mulai tahun depan kepada ratusan anak kecil yang memiliki risiko kematian tertinggi.
Sebagaimana dilansir Associated Press pada Senin (24/4), Direktur Regional WHO untuk wilayah Afrika Dr Matshidiso Moeti mengatakan vaksin berpotensi menyelamatkan puluhan ribu nyawa jika digunakan dengan tindakan yang tepat. "Hanya tantangannya yakni apakah negara-negara miskin dapat memberikan empat dosisi yang dibutuhkan kepada setiap anak," kata dia.
Hal ini karena Malaria merupakan salah satu tantangan berat dalam kesehatan di dunia dimana menginfeksi lebih dari 200 juta orang tiap tahun dan membunuh sekitar setengah juta. kebanyakan dari mereka adalah anak-anak Afrika dan hanya kelambu dan insektisida sebagai pelindung utama.
Afrika sub-sahara paling terdampak oleh penyakit Malaria tersebut dengan sekitar 90 persen kasus pada tahun 2015, dimana malaria menyebar cepat melalui gigitan nyamuk kepada seorang yang sudah terinfeksi, menyedot darah dan parasit lalu menggigit orang lain.
Kendati demikian, menurut WHO upaya global untuk mengatasi malaria pun terus dilakukan dan telah membuat penurunan kematian 62 persen antara 2000 dan 2015. Namun PBB mengatakan di masa lalu perkiraan jumlah tersebut sebagian besar didasarkan pada pemodelan dan data yang sangat buruk bagi 31 negara di Afrika, termasuk yang diyakini memiliki wabah terburuk.
"Bahwa mereka tidak dapat mengetahui apakah kasus tersebut telah meningkat atau Jatuh dalam 15 tahun terakhir."
Vaksin ini akan diuji pada anak-anak berusia lima sampai 17 bulan untuk melihat apakah efek perlindungan yang ditunjukkan sejauh ini dalam uji klinis dapat bertahan dalam kondisi kehidupan nyata. Sedikitnya 120 ribu anak di masing-masing tiga negara akan menerima vaksin tersebut, yang telah memakan waktu puluhan tahun penelitian dan ratusan juta dolar untuk dikembangkan.
Vaksin malaria telah dikembangkan oleh perusahaan farmasi GlaxoSmithKline. Anggaran sebesar 49 juta dolar AS dikucurkan untuk uji coba tahap pertama.
WHO mengungkap terpilihnya Kenya, Ghana dan Malawi untuk pilot vaksin karena semua negara tersebut memiliki program pencegahan dan vaksinasi yang kuat namun tetap memiliki jumlah kasus malaria yang tinggi, kata WHO. Negara-negara akan mengirimkan vaksin melalui program vaksinasi yang ada. WHO berharap bisa menghapus malaria pada tahun 2040 meskipun ada masalah resistensi terhadap obat dan insektisida yang digunakan untuk membunuh nyamuk.