REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pimred Republika Irfan Junaidi menyampaikan sambutannya pada acara Tokoh Perubahan Republika 2016 di Djakarta Theatre, Selasa (25/4). Tokoh Perubahan Republika 2016 mengangkat tema "Menggiatkan Ekonomi Berkeadilan untuk Mengatasi Kesenjangan”.
Irfan mengatakan termuatnya tema keadilan sosial pada sila kelima Pancasila memberi tanda bahwa para pendiri bangsa ini telah merasakan bahwa kesenjangan bisa menjadi problem yang sangat serius. Meski dicantumkan sebagai sila terakhir, urusan keadilan sosial ini tidak bisa diletakkan sebagai urusan yang tidak penting. Keadilan menjadi fundamen yang sangat menentukan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
"Berulang kali Presiden Joko Widodo menekankan soal pentingnya upaya serius untuk mengatasi kesenjangan. Terakhir, di depan peserta Kongres Ekonomi Umat, Presiden meminta agar masalah distribusi aset dirumuskan secara serius untuk bisa dijalankan dengan baik. Program redistribusi aset ini, tidak lain dan tidak bukan adalah untuk mengatasi masalah kesenjangan sosial," jelasnya.
Pandangan tersebut pun diaminkan oleh Ketua Majelis Ulama Indonesia, KH Ma’ruf Amin. Kiai Ma’ruf sangat menyadari bahwa problem kesenjangan ini bisa menimbulkan efek domino jika tidak segera diatasi. Menurut Kiai Ma’ruf, kesenjangan yang melebar juga menjadi ladang subur bagi tumbuhnya paham-paham yang menimbulkan perilaku radikal.
Sebagai fenomena yang dialami banyak negara di dunia, Indonesia juga menjadi negara yang ikut menghadapi masalah tersebut. Jurang pemisah antara kelompok mampu dan kelompok kurang mampu masih terbuka lebar. Hal ini kemudian membawa dampak bagi lahirnya kesenjangan dalam mendapatkan kesempatan layanan pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, membuka usaha, dan sebagainya.
Sebagai bagian dari komponen bangsa, Republika pun merasa sangat terpanggil untuk menjadi bagian dari solusi dalam mengatasi kesenjangan sosial. Dalam acara diskusi bulanan Republika yang bertajuk "Rembuk Republik" pada Maret 2017, tema soal upaya mengatasi kesenjangan sosial dibahas secara mendalam.
Tak hanya itu, agenda tahunan Tokoh Perubahan Republika kali ini pun mengangkat masalah kesenjangan sebagai agendanya. Secara lengkap tema Tokoh Perubahan Republika 2016 adalah "Menggiatkan Ekonomi Berkeadilan untuk Mengasi Kesenjangan". Republika sangat meyakini bahwa pengalaman yang baik atas sila kelima Pancasila menjadi solusi yang sangat mujarab untuk mengatasi problem kesenjangan sosial.
Sektor ekonomi menjadi titik tekan karena indikasi kesenjangan saat ini dibuat dengan lebih banyak mengukur kinerja ekonomi para warga bangsa. Namun demikian bukan berarti bahwa istilah kesenjangan ini hanya semata-mata merujuk pada persoalan ekonomi. Secara luas, kesenjangan yang dihadapi Indonesia saat ini adalah kesenjangan sosial. Ekonomi menjadi hal penting yang melahirkan efek pada terjadinya kesenjangan sosial tersebut.
"Atas dasar itulah kemudian tema ekonomi berkeadilan menjadi penting untuk dilekatkan pada persoalan kesenjangan sosial. Melalui dinamika ekonomi yang mengedepankan prinsip-prinsip keadilan, problem kesenjangan bisa teratasi dengan baik," katanya.
Bagaimana wujud ekonomi yang berkeadian itu? Secara sederhana bisa dijelaskan bahwa segala aktivitas perekonomian yang semangatnya untuk meratakan kesejahteraan masyarakat, adalah bentuk dari ekonomi berkeadilan. Sebaliknya, dinamika ekonomi yang hanya menumpuk sumber daya hanya pada kelompok tertentu, tidaklah bisa masuk kategori tersebut.
Selain melalui sentuhan program-program fisik, upaya untuk mengatasi kesenjangan ini juga harus dijalankan dengan mengubah pola pikir atau mindset. Pola pikir yang seolah-olah membuat kavling bahwa sektor usaha hanya milik kalangan tertentu haruslah diruntuhkan. Kesempatan untuk berusaha adalah milik semua. Siapa yang bisa memanfaatkan kesempatan itu, maka dia yang akan mendapatkan peluang untuk memperbaiki kehidupannya agar setara dengan lainnya.
Keenam tokoh yang mendapatkan Anugerah Tokoh Perubahan Republik 2016 telah membuahkan karya yang sangat pantas untuk diteladani. Hasil kerja kerasnya ikut menjadi bagian dari proses untuk mewujudkan keadilan sosial. Semangat yang konsisten untuk membagi ilmu, membagi sumber daya, juga membagi kekuatan kepada masyarakat luas, telah menjadi sumbangan yang sangat positif dalam mengatasi problem kesenjangan.
" Sekarang tinggal bagaimana kita semua berupaya untuk bisa menjadikan aktivitas para tokoh sebagai inspirasi bersama dalam mewujudkan Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia," ujar Irfan.