REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Bank Mandiri membukukan peningkatan laba bersih perseroan sebesar 6,9 persen secara year on year (yoy) menjadi Rp 4,1 triliun hingga akhir Maret 2017. Hal tersebut didorong oleh kinerja pembiayaan yang menguat, dilihat dari pertumbuhan kredit secara tahunan sebesar 14,2 persen pada kuartal I 2017, dibanding periode yang sama tahun lalu menjadi Rp 656,2 triliun, dengan rasio NPL kotor di level 3,98 persen.
Meskipun secara tahunan NPL kotor naik 80 basis point, nilainya relatif membaik apabila dibandingkan posisi Desember tahun sebelumnya. Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, di samping kenaikan kredit, peningkatan laba bersih juga ditopang oleh pertumbuhan pendapatan bunga bersih dan premi bersih sebesar 3,0 persen menjadi Rp 13,4 triliun.
Kenaikan pendapatan atas jasa (fee based income) sebesar 25,0 persen menjadi Rp 5,3 triliun, kenaikan biaya operasional yang hanya sebesar 11,9 persen menjadi Rp 10,8 triliun dibandingkan pada akhir Maret 2016. Pada periode tersebut, total aset Bank Mandiri mencapai Rp 1.034,4 triliun, meningkat 14,1 persen dari akhir kuartal I 2016.
''Melalui penguatan fungsi intermediasi ini, Bank Mandiri ingin mempertegas peranan sebagai agen pembangunan yang ingin berkontribusi maksimal dalam merealisasikan program-program strategis pemerintah,'' ucap Kartika, dalam paparan kinerja perusahaan, di Plaza Mandiri, Jakarta, Selasa (25/4).
Salah satu realisasi program tersebut, kata dia, ditunjukkan melalui peningkatan pembiayaan ke sektor produktif. Ia mencontohkan, kredit ke sektor produktif tercatat tumbuh 13 persen menjadi Rp 497,8 triliun. Kredit investasi tumbuh 15 persen dan kredit modal kerja tumbuh 11,9 persen.
Sampai dengan kuartal I 2017, Bank Mandiri telah memberikan pembiayaan di sektor infrastruktur sebesar Rp 202,8 triliun atau tumbuh 28 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kartika menjelaskan, pembiayaan sektor infrastruktur tersebut di antaranya jalan raya dan tol sebesar Rp 19,5 triliun, transportasi sebesar Rp 52,2 triliun, tenaga listrik Rp 45,5 triliun, migas dan energi terbarukan Rp 32,4 triliun, konstruksi sebesar Rp 22,2 triliun dan telematika sebesar Rp 15,2 triliun.