REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sejumlah organisasi profesi maedis dan lembaga swadaya masyarakat peduli kesehatan perempuan mendeklarasikan Koalisi Indonesia Cegah Kanker Serviks (KICKS). Gerakan ini didedikasikan untuk menurunkan penyebaran kanker serviks melalui progran preventif yang efektif. “Kanker serviks sudah diketahui sebab dan cara menanganinya. Di luar negeri itu sudah dilakukan. Di Indonesia belum maksimal," kata Ketua Umum Indonesian Working Group on HPV Prof Dr dr Andrijono SpOG(K), Rabu (26/4).
Andri mengatakan, perempuan Indonesia saat ini dalam situasi genting terkena kanker serviks. Karena itu, pencegahan dan deteksi melalui skrining dan vaksinasi lebih baik dilakukan sejak dini daripada pengobatan. Padahal, kanker serviks merupakan kanker yang bisa dicegah.
Sudah ada vaksinasi untuk mencegah human papillomavirus (HPV) penyebab kanker serviks. "Kalau tidak ada upaya pencegahan, bisa-bisa 20 tahun ke depan kanker serviks hanya ada di Indonesia," ujarnya.
Menurut Andri, ada dua cara yang bisa dilakukan untuk mencegah kanker serviks, yaitu skrining dan vaksinasi. Skrining dilakukan untuk perempuan yang sudah menikah, vaksinasi untuk anak perempuan usia 10 tahun.
Sedangkan skrining terdapat tiga cara, yaitu inspeksi visual dengan asam asetat (IVA), papsmear dan tes HPV atau HPV DNA genotyping.
"Skrining di Indonesia belum optimal. Masyarakat perlu lebih sadar terhadap bahaya kanker serviks," tuturnya. Organisasi dan lembaga yang tergabung dalam KICKS antara lain Himpunan Onkologi dan Ginekologi Indonesia (HOGI), Indonesian Working Group on HPV, Yayasan Kanker Indonesia (YKI), Yayasan Peduli Kanker Serviks (YPKS), Yayasan Kesehatan Perempuan (YKP) dan Kalyanamitra.