REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Balai Kota DKI Jakarta tak seperti biasanya. Tempat yang terkenal sebagai kantor Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat dihujani kiriman karangan bunga sejak Jumat (21/4).
Kali ini Balai Kota DKI Jakarta dibanjiri para warga sejak pagi, Rabu (26/4). Mereka ingin bertemu dengan Ahok dan Djarot untuk berfoto bersama sekaligus mengapresiasi kinerja mereka berdua usai kalah pada putaran kedua Pilkada DKI Jakarta 2017.
Karena tidak bisa menemui Ahok, tidak sedikit masyarakat yang datang hanya puas bisa berfoto bersama karangan bunga. Mereka terkadang mencabuti bunga-bunga tersebut untuk dibawa pulang ke rumah.
Hadi (60 tahun) mengatakan datang sejak pukul 10.30 WIB. Warga Mangga Dua ini langsung mengantre di barisan untuk berfoto dengan Ahok. Hadi datang dengan menggunakan mobil pribadinya. Dengan bangga ia mengatakan memilih pasangan calon nomor kedua ketika putaran kedua Pilkada DKI Jakarta 2017.
"Saya datang atas inisiatif sendiri," ujar Hadi di Balai Kota, Rabu (26/4).
Hadi juga mengomentari terkait petisi Ahok untuk maju ke dalam Pilkada Provinsi Bali 2018. Ia tidak mempermasalahkan apabila Ahok akan maju ke dalam Pilkada Bali 2018. "Ya baik-baik saja, yang penting rakyat Balinya oke nggak?, gitu," katanya.
Hadi kemudian melanjutkan program Pemprov DKI Jakarta yang paling bermanfaat adalah bus Transjakarta. Sebab, warga dapat mengelilingi ibu kota dengan biaya Rp. 3.500,-. "(Sampai Oktober) program yang mesti dikebut adalah Kartu Jakarta Lansia. Itu mesti berjalan karena banyak lansia di Jakarta yang susah," ujarnya.
Lain lagi dengan warga Blok S Jakarta Selatan, Herny. Ia mengaku datang ke Balai Kota dengan mobil pribadi yang terparkir di kawasan parkiran Monumen Nasional (Monas). Ia dan dua orang temannya ingin melihat suasana Balai Kota yang dibanjiri karangan bunga. Herny mengaku mencoblos pasangan calon nomor dua di putaran kedua Pilkada DKI Jakarta 2017.
Sama seperti Hadi, Herny pun turut berkomentar terkait isu majunya Ahok di Pilkada Provinsi Bali pada 2018. Menurutnya posisi gubernur Bali terlalu kecil untuk diemban oleh Ahok.
"Mungkin Pak Ahok terlalu kecil ya kalau untuk Bali, walaupun bukan artinya mengecilkan Bali. Bali itu sudah saya lihat sudah tertata dan mungkin Pak Ahok nanti saja, untuk suatu yang lebih besar," kata Herny.
Menurutnya, posisi jabatan yang paling pantas untuk Ahok merupakan sesuatu yang bersifat nasional. Contohnya, kata Herny, posisi di kementerian. "Tapi setelah serah terima Oktober, Pak Ahok bisa beristirahat dulu mengingat kemarin tekanannya bertubi-tubi," ujarnya.
Ia kemudian menyampaikan pesan khusus untuk Ahok.
"Mungkin lebih dikebut lagi programnya sehingga benar-benar apa yang menjadi tujuan dan rencana Pak Ahok sebagian bisa terlaksana. Diharapkan (program) yang sudah bisa (digunakan) terutama pembangunan infrastruktur yang untuk meringankan kemacetan yang luar biasa ini," katanya.
Selain itu menurut Herny, e-bujeting adalah program Ahok yang bermanfaat bagi rakyat. Sebab, penggunaan uang rakyat harus transparan dan didukung oleh kemajuan teknologi yang ada.