Rabu 26 Apr 2017 20:49 WIB

AS Pasang Sistem Pertahanan Antirudal di Korsel

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Ilham
Militer Amerika Serikat (AS) mulai memindahkan sebagian sistem pertahanan antirudal Terminal High Altitude Area Defence (THAAD) yang kontroversial ke lokasi penempatannya di Korea Selatan, Rabu (26/4).
Foto: Reuters/Missile Defense Agency
Militer Amerika Serikat (AS) mulai memindahkan sebagian sistem pertahanan antirudal Terminal High Altitude Area Defence (THAAD) yang kontroversial ke lokasi penempatannya di Korea Selatan, Rabu (26/4).

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Selatan mengumumkan pada Rabu (25/4), waktu setempat bahwa pihaknya telah memasang bagian penting dari sistem pertahanan antirudal Amerika Serikat (AS). Sebuah tanda terbaru dari ketegangan yang semakin memburuk di semenanjung Korea.

Peluncuran sistem antirudal Terminal High-Altitude Area Defense (THAAD) tersebut setelah kapal tempur AS bertengger di Semenanjung Korea. Tindakan AS tersebut juga merupakan respons beberapa kali Korea Utara (Korut) mengadakan uji coba rudal dan nuklir. Bahkan, pemasangan sistem pertahanan itu dilakukan sehari setelah Korut melakukan latihan tembak di sana.

Pengumuman ini memicu protes di Korsel. Beberapa pihak menilai dengan adanya penempatan tersebut dapat memicu kondisi di kawasannya makin tidak stabil.

Senada dengan itu, Cina juga telah meminta AS dan Korsel untuk menarik penyebaran sistem THAAD tersebut. Permintaan itu diungkapkan pada konferensi pers di Beijing pada hari yang sama.

Baik Seoul maupun Washington telah menegaskan bahwa satu-satunya tujuan pemasangan sistem THAAD tersebut hanyalah sebagai respons terhadap tindakan Korut. Namun tetap saja Cina khawatir jika pemasangan sistem itu dapat menembus wilayahnya dan merusak keamanan negaranya.

Menurut pernyataan dari Korsel, beberapa bagian yang dipasang itu tidak ditentukan. Namun, Korsel dan AS mendorong agar sistem tersebut dapat segera berfungsi untuk mengatasi ancaman rudal dan nuklir dari Korut. Sedangkan menurut kantor berita Korut, Yonhap, yang dikutip CBS News, Kamis (26/4), bagian yang telah dipasang tersebut mencakup dua atau tiga peluncur, yang dapat mencegat rudal atau radar.

Yonhap juga melaporkan sebanyak 8.000 petugas kepolisian dimobilisasi dan jalan utama menuju tenggara negara itu diblokir pada Rabu (26/4). Sekitar 200 warga berkumpul untuk melakukan aksi protes menentang pemasangan THAAD di depan sebuah pusat komunitas setempat. Dalam aksi protesnya, para demonstran juga melemparkan botol plastik yang berisi air.

Ketegangan Korut dan AS makin memanas. Korut selalu memperingatkan AS agar tidak terus melakukan invasi. Salah seorang pejabat Kementerian Luar Negeri Korut yang tak menyebutkan namanya mengatakan, tindakan AS tersebut merupakan sinyal pertempuran total.

Sementara, di Gedung Putih, Presiden Donald Trump telah mengadakan pertemuan dengan para pejabat untuk membahas kondisi terkini di Semenanjung Korea. Pihaknya telah mempersiapkan serangan dengan senjata konvensional jika Korut meluncurkan rudal atau nuklirnya lagi.

Di meja pertemuan Dewan Keamanan PBB pun, Menlu AS Rex Tillerson adalah yang paling semangat untuk meminta agar DK PBB memberikan sanksi tambahan untuk Korut.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement