REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Inggris mulai memperkenalkan rokok dengan kemasan polos dan akan mulai menjualnya bulan depan. Menurut riset para ahli dari Cochrane Tobacco Addiction Group, kemasan polos mampu mengurangi jumlah perokok di Inggris hingga 300 ribu orang per tahun.
Para ahli mengatakan, kemasan polos tampaknya dapat mengurangi daya tarik tembakau dan membantu mengurangi prevalensi merokok. Hal tersebut dilihat berdasarkan penelitian dari lebih dari 50 studi eksperimental mengenai dampak potensial rokok kemasan polos.
Australia menjadi negara pertama di dunia yang menerapkan kemasan produk tembakau terstandardisasi, pada Desember 2012. Data yang dikumpulkan sejak saat itu menunjukkan, kemasan tersebut menyebabkan penurunan jumlah perokok sebanyak 0,5 persen per tahun.
Perundang-undangan Inggris tentang kemasan polos untuk produk tembakau mulai berlaku sejak Mei 2017. Kemasan biasa atau standar harus memiliki warna yang seragam, tidak memiliki logo selain peringatan kesehatan dan informasi yang dimandatkan pemerintah lainnya, serta menggunakan font, warna, dan ukuran seragam yang telah ditentukan.
"Kami tidak dapat mengatakan dengan pasti bagaimana dampaknya di Inggris, tapi jika ada penurunan yang sama seperti yang terlihat di Australia, berarti ada sekitar 300 ribu perokok yang berhenti," kata Jamie Hartmann-Boyce, seorang peneliti di Cochrane Tobacco Addiction Group di Oxford.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tembakau membunuh lebih banyak orang di seluruh dunia daripada penyebab kematian lainnya yang dapat dicegah. Pengenalan kemasan polos direkomendasikan di bawah Konvensi Kerangka Kerja WHO tentang Pengendalian Tembakau (FCTC).
Tim Cochrane menganalisis 51 penelitian dan berusaha meringkas temuannya. Hal ini terhambat oleh fakta bahwa hanya satu negara yang menerapkan kemasan standar.
"Bukti kami menunjukkan kemasan standar dapat mengubah sikap dan kepercayaan tentang merokok, dan bukti yang kami dapatkan sejauh ini menunjukkan bahwa kemasan standar dapat mengurangi prevalensi merokok dan meningkatkan usaha untuk berhenti," kata Hartmann-Boyce.