REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Komandan Komando Pasifik Amerika Serikat (AS) Admiral Harry Harris mengatakan perangkat pertahanan antirudal AS atau dikenal dengan istilah THAAD, akan beroperasi dalam beberapa hari mendatang.
Perangkat ini sebelumnya telah diboyong AS ke Korea Selatan (Korsel) guna mengantisipasi dan mencegah uji coba rudal dan nuklir oleh Korea Utara (Korut).
"THAAD akan beroperasi dalam beberapa hari mendatang. Hal ini tentu akan melindungi Korsel dengan lebih baik dari ancaman Korut yang terus berkembang," kata Harris dalam pidatonya di depan panel Kongres seperti dilaporkan laman TIME, Kamis (27/4).
Dalam pidatonya, Harris tak yakini pemimpin Korut Kim Jong-un dapat menahan diri serta tidak melakukan sesuatu yang membahayakan keamanan. Sebaliknya, menurut dia, Kim kian mendekati tujuannya membangun rudal nuklir yang berpotensi digunakan untuk menyerang kota-kota di AS.
Selain itu, ia juga mendesak Kongres untuk menambahkan perangkat pencegat rudal balistik ke stasiun yang telah dimiliki AS, yakni di Alaska dan California. "Dan juga mempertimbangkan untuk menempatkan pencegat (rudal) di Hawaii," ujar Harris.
Ia berpendapat, serangan Korut tidak hanya akan membahayakan warga AS. Tapi juga jutaan rakyat Korsel, termasuk 24 ribu tentara AS yang berada di sana.
Sebelumnya, AS dan Korsel sepakat untuk menggunakan THAAD dalam rangka menghadapi potensi serangan rudal Korut. Namun, hal itu membuat Rusia dan Cina khawatir. Cina bahkan mendesak AS agar menarik kembali perangkat pertahanan antirudal tersebut.
Dalam sebuah konferensi pers di Beijing, juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Geng Shuang mengatakan negaranya keberatan dengan keberadaan perangkat sistem THAAD. Menurutnya, radar kuat THAAD dapat menembus wilayahnya dan melemahkan keamanan negaranya.
Baca juga, Korut: Peluncuran Rudal untuk Targetkan Pangkalan Militer AS.