REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Pemerintah Cina telah meminta Amerika Serikat (AS) dan Korea Utara (Korut) untuk menahan diri. Masing-masing negara tidak seharusnya menunjukkan sikap bersiap saling berperang.
Cina menilai, saat ini ada potensi tinggi terhadap ancaman perang di Semenanjung Korea. Perang tersebut dapat menyebabkan konsekuensi yang tak terbayangkan.
"Saya harus menekankan sekali lagi bahwa keamanan dan stabilitas sangat rapuh saat ini, dengan demikian ada bahaya besar yang bisa terjadi kapan saja," ujar Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi saat ditemui di Berlin seperti dilansir Anadolu Agency, Kamis (27/4).
Ketegangan antara Korut dan AS meningkat dalam beberapa pekan terakhir. Dimulai dengan peringatan dari Presiden AS Donald Trump yang mengatakan, Washington dapat melakukan aksi militer untuk menghadapi ancaman Korut.
Seiring dengan ancaman itu, AS menempatkan kapal militer di Semenanjung Korea. Pada Selasa (25/4) lalu, kapal selam yang merupakan salah satu pendukung dari kapal perang USS Carl Vinson dilaporkan tiba di Pelabuhan Busan, Korea Selatan (Korsel).
Sementara itu, menyusul tindakan AS, Korut melalui Direktur Institut Hak Asasi Manusia Korut Sok Chol-won mengatakan tidak akan menghentikan pengembangan program nuklir. Uji coba rudal serta perangkat senjata lainnya juga terus dilakukan, terlebih bila AS terus mengancam dan menuding uji coba rudal itu sebagai tindakan agresi.
Baca juga, Korut: Peluncuran Rudal untuk Targetkan Pangkalan Militer AS
Uji coba nuklir disebut oleh Korut sebagai hak pertahanan negara terisolasi itu. Namun, sejumlah negara di sekitar Semenanjung Korea, khususnya Korsel dan Jepang merasakan ancaman nyata dari program nuklir tersebut.
Negara yang dipimpin oleh Kim Jong-un itu juga diyakini terus mengembangkan kemampuan nuklir, yaitu sebuah rudal yang dapat menjangkau antarbenua. Karena itu, AS diyakini menjadi salah satu target Korut.
Cina, sebagai sekutu Korut telah meminta agar manuver militer AS dihentikan dengan segera. Demikian dengan program nuklir Korut yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya perang di Semenanjung Korea.
"Saya percaya bahwa Cina tidak bisa mentolerir sedikitpun kemungkinan perang. Korut bukanlah Timur Tengah, di mana jika hal itu terjadi, maka seluruh dunia menghadapi konsekuensi serius dan tak terbayangkan," kata Wang.