REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik, AS Hikam melihat tujuan pleidoi terdakwa Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dari sudut politik. Menurut AS Hikam, pernyataan Ahok dapat memberikan gambaran konteks yang Ahok pakai dalam pidatonya di Kepulauan Seribu yang merupakan asal muasal tersematnya status Ahok sebagai tersangka kasus penistaan agama."Kalau dari aspek politik tentu saja pleidoi Ahok pribadi itu sangat signifikan," ujar AS hikam, Kamis (27/4) sore.
Penggambaran diri Ahok sebagai karakter Nemo dalam pledoinya, menurut Hikam dianggap dapat menggambarkan situasi yang sedang dihadapi Ahok. Hikam juga mengatakan, jika penjelasan Ahok dapat diterima, maka akan memperkuat argumen bahwa kasus penistaan agama adalah topeng untuk menutupi persoalan politik.
"Sehingga apa yang disampaikan Ahok di Kepulauan Seribu akan dijadikan obyek pelintiran dan jalan untuk mendiskreditkannya dalam Pilkada," jelas Hikam.
Terdakwa penodaan agama, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok membacakan pleidoi atau pembelaan dalam sidang yang digelar Selasa (25/4) di ruang auditorium Kementerian Pertanian. Dalam pembacaan pledoi tersebut Ahok mengibaratkan dirinya seperti cerita Finding Nemo, seekor ikan kecil yang melawan arus.
"Meski tuduhan, fitnah terhadap saya sangat banyak. Tapi saya akan tetap melayani dan menyikapi dengan kasih," ujar Ahok di majelis hakim, Selasa (25/4).
Penasihat Hukum terdakwa penodaan agama Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, Fifi Lefty Tjahaja Purnama, membacakan pleidoi (pembelaan) dalam sidang ke-21 Ahok di Auditorium Kementerian Pertanian, Selasa (25/4) lalu. Penasihat Hukum yang sekaligus adik dari Ahok ini menegaskan tidak ada niat terdakwa untuk menodai dan membenci Islam atau umat Islam.
(Baca Juga: Ini Isi Pleidoi Ahok: Tetap Melayani Walau Difitnah)