REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Provinsi Papua Barat mengharapkan adanya investasi di sektor telekomunikasi. Kepala Bidang Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Bappeda Papua Barat Alberth Nauw mengatakan, hingga saat ini baru ada dua tower Base Transciever Station (BTS) yang ada di provinsi tersebut.
Keterbatasan infrastruktur telekomunikasi itu membuat jaringan telpon dan internet masih sangat terbatas. Albert menuturkan, untuk mendapatkan sinyal internet yang kuat, orang dari Kabupaten Teluk Bintuni harus melakukan perjalanan ke Manokwari.
"Sinyal masih terbatas sekali. Makanya kami butuh investasi di sektor telekomunikasi," ujarnya, saat ditemui Republika.co.id di acara Musrembangnas di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (27/4).
Menurut Alberth, investasi swasta yang masuk ke Papua Barat hingga saat ini masih didominasi oleh sektor pertambangan. Sektor kedua terbesar yakni pariwisata, mengingat Papua Barat terkenal dengan potensi wisata baharinya di Raja Ampat.
Alberth memandang, faktor utama yang membuat investasi swasta belum masif masuk ke wilayah Papua Barat karena potensi daerah yang belum terekspos. Selain itu, ia juga tak memungkiri faktor keterbatasan infrastruktur menjadi salah satu penghambat. "Kalau soal regulasi di daerah saya kira tidak ada masalah," tuturnya.
Direktur Pengembangan Wilayah dan Kawasan Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional Oktorialdi mengatakan, pemerintah terus mendorong agar investasi swasta masuk ke daerah-daerah di luar Jawa. Khusus di Provinsi Papua dan Papua Barat, ia menyebut, pemerintah memfokuskan investasi di sektor pariwisata dan infrastruktur.
Di Papua Barat misalnya, pemerintah telah menetapkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sorong yang diharapkan dapat mendorong peningkatan investasi di sektor lainnya. "Sekarang ada usulan untuk pengembangan KEK lagi di Teluk Wondama. Di sana potensi wisata baharinya besar sekali, seperti Raja Ampat," kata Okto.
Ia berharap, pengembangan kawasan-kawasan tersebut dapat mendorong masuknya investasi di sektor lain, termasuk telekomunikasi.