Jumat 28 Apr 2017 08:38 WIB

Tradisi Seba, Warga Baduy Dalam Jalan Kaki 80 Kilometer

Ribuan warga Baduy disambut jajaran Muspida Pemkab Lebak saat memasuki Kota Rangkas Bitung untuk melaksanakan tradisi Seba ke Kantor Bupati Lebak, di Lebak, Banten, Jumat (13/5).
Foto: Antara/Asep Fathulrahman
Ribuan warga Baduy disambut jajaran Muspida Pemkab Lebak saat memasuki Kota Rangkas Bitung untuk melaksanakan tradisi Seba ke Kantor Bupati Lebak, di Lebak, Banten, Jumat (13/5).

REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Warga Badui Dalam berpakaian khas putih-putih menggunakan lomar atau ikat kepala berjalan kaki sepanjang 40 kilometer menuju Rangkasbitung demi melaksanakan tradisi Seba ke Bupati Lebak dan Gubernur.

Pantauan, Jumat, puluhan warga Badui Dalam yang tinggal di Kampung Cibeo, Cikeusik dan Cikawartana Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak berjalan kaki menembus hutan belantara dengan kondisi curam dan melintasi perbukitan juga pegunungan.

Mereka warga Badui Dalam berangkat dari kampung halamannya sekitar pukul 03.30 WIB dengan kondisi gelap gulita tanpa penerangan. Keberangkatan menuju Rangkasbitung sebagai pusat Pemerintahan Kabupaten Lebak untuk menjalin silatuhrahim dengan Bapak (bupati dan gubernur).

Perjalanan yang ditempuh berjalan kaki itu untuk merayakan tradisi Seba yang bertempat di Gedung Pendopo Kabupaten Lebak. Warga Badui Dalam berjalan kaki menempuh 40 kilometer dan dijadwalkan tiba di Rangkasbitung sekitar pukul 15.00 WIB.

Perayaan tradisi Seba yang dilaksanakan Jumat (28/4) malam, tepatnya pukul 20.00 WIB itu dihadiri oleh Bupati Lebak, Iti Octavia Jayabaya, dan pejabat muspida setempat.

Selanjutnya, warga Badui Dalam keesokannya, Sabtu (29/4) kembali berjalan kaki menempuh 40 kilometer menuju Kota Serang sebagai pusat Pemerintahan Provinsi Banten.

"Kami sudah biasa berjalan kaki menempuh puluhan hingga ratusan kilometer," kata Karnaen (45) warga Badui yang ingin tradisi Seba.

Menurut Karnaen, bagi masyarakat Badui Dalam, bepergian kemana pun dilarang menggunakan angkutan kendaraan roda dua maupun roda empat, termasuk perayaan tradisi "Seba Badui". Sebab, apabila masyarakat Badui Dalam itu diketahui menggunakan kendaraan maka mereka melanggar aturan adat.

Pelanggaran adat itu nanti konsekuensi hukumannya mereka akan dikeluarkan dari tatanan kehidupan masyarakat Badui Dalam menjadi Badui Luar atau Badui penamping.

"Kami berharap pelaksanaan Seba tahun ini sukses dan lancar," kata Karnaen.

Tetua masyarakat Badui yang juga Kepala Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Saija, mengatakan perayaan Seba tahun ini dihadiri sebanyak 2.000 warga.

Dalam perayaan seba ini, masyarakat Badui akan menyerahkan hasil pertanian, di antaranya pisang, talas, gula aren, dan beras ketan kepada Bapak Gede.

Penyerahan hasil pertanian ini sebagai bentuk terima kasih kepada pemerintah daerah yang memberikan perlindungan kesejahteraan dan keamanan bagi masyarakat Badui.

"Kami terus menjalin silaturahmi dengan aparat pemerintah agar kemakmuran dan kesejahteraan dirasakan masyarakat Badui," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement