REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Tito Karnavian menyayangkan tragedi yang terjadi di Lubuklinggau dan Bengkulu. Apalagi dari dua kasus tersebut menyebabkan jatuhnya korban jiwa.
Tito menyampaikan perhatiannya pada saat upacara pelantikan pejabat tinggi (Pati) Polri di Rupatama Mabes Porli. Tito ingin menjadikan acara pelantikan pada enam Kapolda baru ini juga sebagai momentum dalam menyimak peristiwa yang melibatkan anggotanya.
"Pada kesempatan kali ini, saya pikir momentum tepat bagi kita, menyimak beberapa peristiwa yang menimpa anggota kita di beberapa tempat," kata Tito di Rupatama Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (28/4).
Misalnya kata dia, seperti kasus penembakan yang dilakukan anggota pada sebuah mobil di Lubuklinggau, Sumatera Utara (18/4). Kemudian kasus di Bengkulu yang dilakukan anggotanya yang tidak sengaja meletuskan senjata pada anak kandungnya sendiri.
Dua kasus tersebut kata Tito, penting untuk menjadi perhatian semua pejabat yang hadir dalam acara pelantikan tersebut untuk perbaikan kedepannya. Bahwa menurut Tito, kejadian tersebut tidak lepas dari diskresi yang dimiliki kepolisian.
"Saya melihat akar permasalahan yang sangat penting untuk kita semua yang ada di ruangan ini, yaitu mengenai kemampuan untuk menguasai kewenangan diskresi," ujar mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
Diskresi, Tito memaparkan adalah kewenangan yang dimiliki oleh semua jajaran kepolisian dari pangkat bawah hingga tinggi. Polisi dapat menilai suatu peristiwa kemudian memilih tindakan tepat yang akan dilakukannya.
"Kewenangan untuk menilai kemudian mengambil tindakan, keputusan untuk tindakan yang tepat dan cepat dalam rangka untuk menjaga kepantingan publik, termasuk keselamatan petugas dan masyarakat," kata Tito.