REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Militer Korea Selatan melaporkan bahwa Korea Utara (Korut) kembali melakukan uji coba rudal balistik di sebuah daerah di dekat Ibukota Pyongyang, Sabtu (29/4). Berdasarkan pantauan militer Korsel dan Amerika Serikat (AS) uji coba rudal tersebut tampaknya gagal.
Peristiwa tersebut segera direspons oleh Presiden AS Donald Trump. Seperti diketahui AS dengan Korut memang tengah bersitegang dan saling ancam karena praktik uji coba rudal Korut.
Menurut Trump, uji coba rudal Korut terbaru secara tegas mengabaikan dan tidak menghormati keinginan Cina dan Presidennya Xi Jinping. Sebab sebelumnya, Cina, yang merupakan mitra terdekat Korut dalam bidang ekonomi, meminta negara yang dipimpin Kim Jong-un itu agar tidak lagi melakukan uji coba rudal dan menghentikan program nuklirnya.
Hal tersebut diungkapkan Trump melalui akun twitter pribadinya. "Korut tidak menghormati keinginan Cina dan presidennya yang terhormat ketika meluncurkan rudal, walaupun gagal. Buruk!," katanya, seperti dilaporkan laman Belfast Telegraph, Sabtu (29/4).
Kepala staf gabungan Korsel mengatakan bahwa rudal yang diluncurkan Korut terbang selama beberapa menit dan mencapai ketinggian maksimum 71 kilometer sebelum akhirnya meledak. Rudal tersebut diperkirakan diluncurkan dari daerah Pukchang, dekat Pyongyang.
Uji coba rudal Korut terbaru ini cukup mengejutkan banyak pihak. Sebab beberapa jam sebelumnya, Dewan Keamanan PBB baru saja menggelar pertemuan tingkat menteri untuk membahas mengenai program senjata yang meningkat di Pyongyang. Pertemuan tersebut diketuai Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson.
Sebelumnya PBB memang telah melarang Korut untuk mengembangkan rudal nuklir. Sebab rudal tersebut dikhawatirkan menimbulkan ancaman, terutama untuk AS. Kendati demikian, Korut tak pernah berhenti melalukan uji coba rudal. Walaupun di bawah larangan PBB dan ancaman militer AS di Semenanjung Korea, Korut terus membangun serta mengembangkan rudal nuklirnya.