Ahad 30 Apr 2017 06:17 WIB

Membumikan Islam di Selatan Jawa Sepanjang 600 Tahun

Masjid Pathok Nagari Ploso Kuning, Yogyakarta.
Foto: muhammad subarkah
Masjid Pathok Nagari Ploso Kuning, Yogyakarta.

Mengkaji penyebaran ajaran Islam dan jaringan ulama di selatan Jawa (sebagian wilayah Mataraman) dipastikan tidak akan bisa lepas dari keberadaan Pondok Pesantren Somalangu (al-Kahfi) di Desa Sumberadi, Kabupaten Kebumen. Pondok pesantren ini sudah berdiri sangat lama. Mengacu pada prasasti yang dipahat di batu zamrud, umur pesantren ini malah lebih tua dua tahun dari Masjid Demak, yakni pada 26 Syaban 879 H (4 Januari 1475 M).

Pesantren Somalangu didirikan oleh seorang ulama yang mantan pejabat tinggi asal Syihr, Hadramaut, Yaman, yakni Sayid as-Syekh Muhammad 'Ishom al-Hasani. Sosok ini oleh masyarakat di sana lebih dikenal dengan nama Sayid as-Syekh Abdul Kahfi Awwal mengacu pada nama pemberian gurunya, Sayid Ja'far bin Hasan dari 'Inath. Gelar "kahfi" dikenakan karena dia dikenal gemar menyendiri di dalam gua untuk beribadah.

Abdul Kahfi datang ke tempat itu setelah Sultan Demak memberikan perintah agar pergi dan tinggal ke pedalaman selatan Jawa itu. "Thama dha'u'' (di situ tempatmu)," begitu titah Sultan Demak kepada Syekh Abdul Kahfi ketika memintanya pergi ke selatan Jawa yang saat itu masih jarang penghuni dan penduduknya masih memeluk agama Hindu. Di riwayat lain (Kuntowijoyo) menyebut bahwa yang memerintahkan pergi itu adalah Raja Mataram, Sultan Agung

"Pondok pesantren kami sudah sangat tua. Tak jauh dari masjid dahulu ada candi dengan lingga-Yoni yang sangat besar. Sebelum pondok berdiri di situ, masyarakatnya menganut agama Hindu yang dipimpin Resi Dara. Nama asli desa itu Alang-Alang Wangi. Para alumni dan santri tersebar ke banyak daerah, apalagi pendiri pondok ini juga punya hubungan darah dengan para ulama Sumatra Timur dan di Kesultanan Bugis, Makassar," kata Hidayat Aji Pambudi MA, salah seorang pengurus Yayasan Pondok Pesantren al-Kahfi, Somalangu.

Menurut Aji, karena sudah berusia sangat tua, maka wajar bila kemudian para alumninya menyebar ke berbagai wilayah, terutama di wilayah Kedu Selatan, Cilacap, Banyumas, bahkan sejumlah pesantren di Cirebon juga ikut terkait. Temali jaringan ini semakin kuat karena antar para murid yang kemudian mendirikan pesantren, termasuk keluarga pesantren Somalangu, saling melanggengkan hubungan melalui ikatan perkawinan.

Sejak didirikan, pesantren ini telah mengalami pergantian pimpinan secara turun-temurun sebanyak 16 kali. Para alumninya pun telah menjadi tokoh Islam terkenal seperi Kiai Abbas Buntet Cirebon, Kiai Dalhar Watu Congol Muntilan, dan Kiai Dahlan Jampes.

''Kalau hubungan pernikahan keluarga pesantren ini juga menikah dengan banyak kiai berpengaruh di sekitar wilayah Kebumen, Banyumas, dan Cilacap. Sedangkan kalau jaringan santri alumni yang saling melakukan pernikahan sudah tak bisa lagi dilacak karena sudah tersebar luas dalam jangka waktu yang sampai 500-an tahun itu,'' ujar Aji.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement