REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Wahid Foundation, Yenny Wahid mengajak agar semua warga DKI Jakarta untuk menyembuhkan luka yang timbul akibat adanya pergesekan dan perbedaan pendapat selama proses Pilkada DKI.
"Harus diakui bahwa Pilkada kemarin telah membawa luka, dan luka itu harus disembuhkan supaya tercipta persatuan di DKI dan di Indonesia agar kita punya kekuatan untuk membangun bangsa," ujar Yenny dalam acara Peluncuran Komunitas Pecinta Masjid Indonesia, di Masjid Istiqlal, Jakarta, Sabtu (29/4).
Yenny menuturkan, untuk menyembuhkan luka tersebut Komunitas Pecinta Masjid dapat memulainya dengan melebarkan tangan untuk kembali merangkul perbedaan dengan kelembutan, serta kembali membuka diri untuk semua golongan. Menurut dia, Masjid Istiqlal tidak semata tempat beribadah bagi umat muslim, tapi juga terbuka untuk dinikmati bagi umat lain.
“Terbukti banyak para kepala negara sahabat yang datang ke Indonesia biasanya memyempatkan diri untuk untuk berkunjung ke Istiqlal. Mulai dari Obama, Raja Salman dari Saudi, Ratu Denmark sampai Presiden Afghanistan," ucap Yenny.
Yenny hadir di masjid Istiqlal sebagai salah seorang deklarator komunitas Pecinta Masjid Indonesia bersama dengan nama-nama lain seperti Ustaz Yusuf Mansur, Dude Herlino,Teuku Wisnu, dan sejumlah nama lain. Selain para deklarator komunitas ini, Anies Baswedan juga berada di tengah-tengah acara tersebut.
Dalam acara itu, Yenny juga menegaskan bahwa kemenangan pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno pada Pilgub DKI versi hitung cepat bukan hanya kemenangan satu kelompok semata, tetapi merupakan kemengan seluruh warga DKI Jakarta. "Kita lihat di belakang Pak Anies bukan hanya kaum muslimin saja, namun ada kelompok kebinekaan. Jadi komitmen terhadap kebinekaan telah ada dalam komposisi tim sukses beliau," katanya.
Bahkan, ia dengan keras membantah tudingan media, terutama media asing, yang menyatakan bahwa kemenangan Anies-Sandi sebagai kemenangan kelompok radikal. "Ketika ada media asing yang menyebut bahwa kemenangan Anies-Sandi adalah kemenangan kelompok radikal, saya yang pertama membantahnya ke dunia internasional," ujarnya.