REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Adhyaksa Dault mengatakan, kehadirannya dalam acara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) hanya sebagai undangan. Adhyaksa juga mengatakan, dirinya tidak pernah menjadi anggota HTI. Saya hadir di acara HTI itu sebagai undangan.
"Saya bukan simpatisan HTI, apalagi anggota HTI," ujarnya, Ahad (30/4).
Adhyaksa mengaku karena video yang menampilkan dirinya hadir dalam acara HTI tersebut, banyak pihak yang menyangkanya sebagai anti-Pancasila dan anti-NKRI.
Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka itu membantah keras tuduhan tersebut. Adhyaksa menegaskan, dirinya telah mengikuti pengkaderan mulai dari Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4), Penataran Kewaspadaan Nasional (Tarpadnas), Kursus Kewaspadaan Nasional (Suspadnas), hingga menjabat menjadi menteri pemuda dan olahraga (menpora).
"Bagaimana mungkin saya dituduh anti-Pancasila? Saya ikut pengkaderan dari bawah. Saya juga mengikuti Bela Negara dan sebagai kader Bela Negara, jadi mana mungkin saya anti-NKRI," katanya.
Dia mengatakan, selalu mengingatkan generasi muda agar mempertahankan dan merawat Pancasila, UUD 45, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika di mana pun mereka berada.
Sebagai cara mengamalkan Pancasila, Adhyaksa juga menggagas lomba foto #PramukaPancasila agar generasi muda lebih menghayati dan mengamalkan Pancasila.
Ketua umum Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) ini mengatakan, NKRI adalah harga mati. Dia juga menggandeng tokoh-tokoh nasional seperti Susilo Bambang Yudhoyono, Amien Rais, Wiranto, AM Fatwa, dan tokoh-tokoh lainnya untuk menandatangani komitmen NKRI.
"Hingga saat ini, komitmen dan tandatangan tersebut masih terpatri di dinding kantor DPP KNPI, Jalan Rasuna Said, Jakarta," ujarnya.