Selasa 02 May 2017 00:43 WIB

Korea Incar Wisatawan Muslim Menjadi Pengunjung Terbanyak

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Agung Sasongko
Gaet wisatawan Muslim, Korsel Perbanyak Masjid
Foto: Google
Gaet wisatawan Muslim, Korsel Perbanyak Masjid

REPUBLIKA.CO.ID,  SEOUL -- Lee Kyung-hee (41), seorang warga dari Distrik Gangseo, Seoul Barat, pada suatu sabtu sore membawa mobilnya keluar dari Lotte Mall di Bandara Internasional Gimpo, ketika dia melihat seorang pria membungkuk di sebuah sudut tempat parkir.

Pada awalnya, Lee pikir, pria itu mungkin sudah mabuk. Dia menghadap ke dinding, benar-benar diam, kemudian memandang Lee saat mencoba buang air kecil di tempat parkir. Setelah mengamati lebih lama, Lee menyadari bahwa pria itu adalah seorang Muslim yang taat dan setia dengan waktu shalatnya.

"Saya merasa kasihan pada turis Muslim yang harus mencari kesana-kemari untuk mencari tempat beribadah. Tapi satu hal yang pasti bahwa Korea harus menyadari situasi ini dan mulai melakukan perubahan" kata Lee dilansir dari Korea Joongang Daily, Selasa (2/5).

Pemerintah Korea sedari awal tertarik untuk menarik wisatawan Muslim ke negara tersebut untuk mengisi kekosongan karena jumlah wisatawan asal Cina yang semakin berkurang. Kekosongan itu terjadi setelah pemerintah Cina melarang agen travelnya ke Korea.

Pada bulan Maret, jumlah pelancong Cina menurun 22,5 persen bulan itu dibandingkan tahun lalu, menurut data Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, dan Transportasi Korea. Larangan tersebut diyakini merupakan ungkapan ketidaksetujuan Beijing dengan keputusan Seoul untuk menerapkan perisai rudal AS yang menurut China mengancam keamanannya.

Hingga akhirnya, Wisatawan Muslim dianggap sebagai alternatif yang menarik untuk menebus penurunan pariwisata di Korea. Jumlah Muslim yang berkunjung ke Korea telah meningkat selama bertahun-tahun, dari 202.000 di tahun 2001 menjadi 980.000 pada tahun 2016. Menurut data dari Pemerintah Korea, Turis yang berdatangan ke Korea kebanyakan berasal dari negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim di Asia Tenggara seperti Indonesia dan Malaysia dan Timur Tengah.

Masuknya Turis Muslim yang datang ke Korea melampaui pertumbuhan keseluruhan pariwisata dari luar negeri. Namun, infrastruktur dasar bagi pengunjung Muslim di Korea tetap menjadi kendala. Akomodasi dasar seperti ruang sholat dan restoran bersertifikasi halal yang menyiapkan makanan berdasarkan hukum Islam jauh tertinggal permintaan.

Terbatasnya Tempat Makan yang Halal dan Beribadah

Keberadaan masjid dan mushala, dianggap sangat penting bagi wisatawan Muslim. Namun, hanya ada sekitar 40 tempat beribadah di seluruh negeri, kebanyakan berada  universitas dan rumah Sakit. Di daerah metropoiltitan seperti di Seoul yang sering dikunjungi wisatawan, hanya ada tiga ruang untuk shalat: satu di pusat perbelanjaan COEX dan pusat konvensi, satu lagi di taman hiburan Lotte World dan yang ketiga di kantor Organisasi Pariwisata Korea.

Bahkan bandara internasional utama di Gimpo dan Jeju tidak memiliki ruang shalat bagi umat Islam, dan di Bandara Internasional Incheon, bandara terbesar di negara itu, tidak ada ruang shalat terpisah bagi umat Islam sebelum pos pemeriksaan keamanan, meskipun ada kapel untuk orang Kristen dan Budha. Di luar pos pemeriksaan, hanya ada dua ruang doa.

Seorang juru bicara dari Bandara Incheon mengatakan, ini terjadi karena belum ada sejumlah besar turis Muslim atau staf yang bekerja di bandara. Bisa juga sulit bagi pengunjung Muslim untuk menemukan makanan halal di Korea, di mana daging babi merupakan makanan pokok masakan.

Saat ini, hanya ada 13 restoran di Korea yang secara resmi disetujui oleh Federasi Muslim Korea, satu-satunya kelompok di Korea yang berwenang untuk mengesahkan produsen makanan halal. Sembilan restoran berada di Seoul, dengan tujuh di antaranya terkonsentrasi di Itaewon.

Dan keempat restoran di luar Seoul tersebar di provinsi Gyeonggi dan Gangwon, yang dinilai menyulitkan umat Islam untuk bepergian ke luar ibu kota. "Makan di sini sangat terbatas," kata seorang turis Muslim berusia 29 tahun dari Malaysia, yang bernama Ida. "Kami biasanya pergi ke restoran yang tidak melayani daging babi pada umumnya, atau makanan laut." kata Dia.

Begitu pun halnya dengan Hassan Mahmoud, seorang turis berusia 30 tahun dari Dubai yang sedang bersantap di sebuah restoran bersertifikasi halal di Itaewon. "Harus ada lebih banyak restoran halal di seluruh Seoul," kata Hassan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement