REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Pemuda Muhammadiyah Pedri Kasman menilai, aparat terkesan pilih-pilih kasus dalam penegakan hukum. Dia mengatakan, hal tersebut terlihat pada penegakkan hukum kasus ujaran kebencian. "Ada kesan pilih-pilih kasus," ujarnya saat dihubungi Republika,co.id, Selasa (2/5).
Pedri mengatakan, Kasus-kasus sensitif seperti ini banyak bermunculan sejak dugaan penodaan agama oleh Ahok. Namun, Pedri menyayangkan sikap penegak hukum yang terlihat tak peka terhadap kasus-kasus ujaran kebencian tersebut "Sayangnya aparat penegak hukum terlihat kurang sensitif," ujarnya.
Menurut Pedri, jawaban dari kasus-kasus tersebut adalah penegakan hukum yang adil dan tak pandang bulu. Penegakman hukum, kata dia, harus mengedepankan prinsip-prinsip keadilan.
"Harus ada persamaan di depan hukum. Jangan dilihat siapa pelakunya, tapi lihatlah apa yang dia lakukan," katanya.
Kasus ujaran kebencian kembali menjadi sorotan publik setelah akun Twitter @NathanSuwanto menulis cicitan dengan nada ancaman. Ancaman pembunuhan ditunjukan oleh beberapa tokoh legislatif, di antaranya Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon dan anggota DPD RI Fahira Idris.