REPUBLIKA.CO.ID, SOMALIA -- Sebanyak 1,4 juta anak di Somalia diperkirakan menderita gizi buruk akut tahun ini, naik 50 persen dibandingkan dengan tahun lalu. Badan dari PBB, UNICEF menyebut jumlah tersebut meliputi lebih dari 275 ribu anak yang telah atau akan menderita gizi buruk sangat akut, kondisi yang mengancam nyawa.
"Gabungan kemarau, penyakit, dan pengungsian mematikan buat anak kecil, dan kita per berbuat lebih banyak lagi, dan lebih cepat, untuk menyelamatkan nyawa," kata Steven Lauwerier, Wakil UNICEF di Somalia.
Somalia berada di tengah kemarau setelah hujan gagal turun pada November 2016, untuk tahun ketiga berturut-turut. Sebanyak 615 ribu orang yang mencari makanan dan air telah kehilangan tempat tinggal sejak itu. Badan PBB tersebut mengatakan perempuan dan anak-anak yang melakukan perjalanan, biasanya jalan kaki, ke berbagai tempat yang mereka harapkan mereka bisa menemukan bantuan, seringkali dirampok atau lebih buruk lagi, keduanya di jalan menuju, dan di kamp. Sebagian anak telah direkrut ke dalam kelompok bersenjata, kata UNICEF, sebagaimana diberitakan Xinhua.
Sejak April, hujan mulai turun di beberapa bagian Somalia, tapi ada keprihatinan bahwa jika hujan turun secara penuh, hujan dapat menyebarkan penyakit di kalangan anak-anak yang tinggal di tempat penumpangan sementara yang dibuat dari ranting dan kain, atau terpal. "Jika bantuan tidak sampai ke banyak keluarga, makin banyak orang akan dipaksa meninggalkan tempat tinggal mereka dan pergi ke kamp penampungan. Wabah malaria sudah mengancam, begitu juga dengan serbuan penyakit kolera," kata UNICEF. Lembaga kemanusiaan di Somalia berusaha meminta secara keseluruhan 825 juta dolar AS untuk menjangkau orang yang paling rentan dengan bantuan penyelamat nyawa sampai Juni.