Rabu 03 May 2017 14:06 WIB

Ini Tanggapan Ketua MPR Terkait Aksi 55 dan Jelang Vonis Ahok

Rep: Amri Amrullah/ Red: Angga Indrawan
Ketua MPR Zulkifli Hasan saat sosialisasi empat pilar.
Foto: Amri Amrullah
Ketua MPR Zulkifli Hasan saat sosialisasi empat pilar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jelang vonis putusan terhadap Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok Selasa (9/5) mendatang, sekelompok umat Islam berencana akan kembali menggelar aksi pada Jumat (5/5). Menurut Ketua MPR Zulkifli Hasan aksi atau apapun yang akan dilakukan masyarakat jelang vonis hakim harus menjaga suasana.

Zulkifli mengatakan, apa pun yang terjadi jelang putusan hingga vonis dari majelis hakim Selasa mendatang, hukum harus bisa memenuhi rasa keadilan masyarakat. "Kita minta penegakan hukum itu adil. Menurut saya yang bisa mengganggu NKRI itu, satu soal kesenjangan, yang kedua rasa keadilan rakyat," kata Zulkifli di komplek Parlemen Senayan, Rabu (3/5). 

Politikus sekaligus ketua umum PAN ini menegaskan masyarakat ini hanya menginginkan rasa keadilan. Karena itu, kepada aparat penegak hukum, ia meminta jangan tebang pilih dalam penegakkan hukum, mesti berlaku adil. 

"Jangan orang satu ditangkap yang ini enggak, jangan kalau ada orang satu langsung tangkap, yang ini enggak. Ada ketua PAN langsung tersangka, begitu berhenti dari ketua partai tertentu enggak jadi tersangka lagi," katanya.

Dia berharap semestinya penegak hukum hadirkan rasa keadilan itu. Kalau itu tidak hadir, ia menilai, ini yang bisa menjadi luka di masyarakat. Pertama luka karena sudah mengalami kesenjangan, kedua karena luka hilangnya rasa keadilan, ditambah lain-lain. 

"Ini yang bisa melahirkan (langkah) ekstrem. Apakah kiri apakah kanan. Makanya harus ada rasa keadilan oleh hakim. Kan sudah ada yuris prudensinya. (Kasus) Dulu-dulu juga pernah. Kita serahkan pada penegak hukum, tetapi harus adil," ujar Zulkifli.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement