Kamis 04 May 2017 17:16 WIB

Bandung Komitmen Dorong Dunia Layak Anak

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Winda Destiana Putri
Anak-anak sedang bermain/ilustrasi
Anak-anak sedang bermain/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kota Bandung turut mendorong untuk menyukseskan dunia yang layak bagi anak. Menurut Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, Kota Bandung telah banyak memberikan terobosan untuk menciptakan wilayah yang layak bagi tumbuh kembang anak. Berbagai kebijakan kota, ditujukan untuk menghadirkan dunia yang nyaman bagi anak.

"Kebijakan tersebut mencakup enam klaster tumbuh kembang anak," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil Saat menerima tim verifikasi tim penilai Kota Layak Anak di Pendopo Kota Bandung, Kamis (4/5). 

Keenam klaster tersebut, kata Emil, adalah tumbuh kembang anak, yakni klaster kelembagaan, klaster hak sipil dan kebebasan, klaster lingkungan keuarga dan pengasuhan alternatif, klaster kesehatan dasar dan kesejahteraan, klaster pendidikan pemanfaatan waktu luang dan kegiatan budaya, serta klaster perlindungan khsusus.

Emil mengatakan, pada klaster hak sipil dan kebebasan, Pemerintah Kota Bandung memberikan ruang kepada Forum Anak Kota Bandung untuk turut merencanakan pembangunan. Mereka, dilibatkan dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) tingkat Kota Bandung.

"Forum itu memberikan usulan dan ikut menentukan arah pembangunan kota. Mereka juga turut menandatangani hasil Musrenbang," katanya.

Selain itu, kata dia, hak kependudukan anak juga dipenuhi dengan menerbitkan akta kelahiran dan Kartu Identitas Anak melalui sistem jemput bola. “Kami kirimi dokumen kependudukannya ke rumah-rumah,” katanya.

Klaster kedua, kata dia, adalah kesehatan dasar dan kesejahteraan, Pemkot Bandung menyediakan akses kesehatan untuk anak. Yakni, memperbanyak puskesmas yang bisa melayani rawat inap dan melakukan berbagai inovasi kesehatan lainnya. "Dari sisi gizi balita, kita ada OMABA (Ojek Makanan Balita), yang gizi buruk kita kirimi makanan," katanya.

Untuk memonitor perkembangan anak, kata Emil, Pemkot Bandung memiliki e-posyandu. Sehingga, bisa memonitor perkembangan berat badan anak. "Kalau tidak maju-maju nanti sistem akan memberikan sinyal lampu kuning untuk memberi tahu agar segera diambil tindakan,” katanya.

Pemerintah juga, kata dia, memfasilitasi ruang-ruang bermain yang baik bagi anak. Di tengah kepadatan penduduk dan keterbatasan lahan di perkotaan, pemerintah kota memastikan setiap wilayah memiliki ruang khusus untuk bermain anak. "Untuk memenuhi hak bermain, kita wajibkan di terminal ada ruang bermain. Ada juga di mall, di puskesmas, yang terbaru ada di Pasar Cihapit," katanya.

Dimana pun ada ruang publik, kata dia, diupayakan ada ruang bermain anak. Saat ini, sudah 50 lokasi ada program satu RW satu taman. "Jadi anak-anak di Bandung nanti ada pilihan bermain di wilayahnya atau keluar ke taman tematik," katanya.

Dari segi pendidikan karakter, kata dia, pemerintah telah menggulirkan program magrib mengaji untuk memastikan anak-anak mendapatkan wawasan keagamaan. Setiap hari seusai shalat magrib, anak-anak diharuskan untuk pergi ke masjid untuk mengaji dan mendapatkan pendidikan akhlak. "Jadi warga Indonesia kalau mau membesarkan anak ke bandung aja,” katanya.

Inovasi yang dilakukan oleh Kota Bandung tersebut, mendapat apresiasi dari tim verifikasi Kota Layak Anak, Sekretaris Deputi Bidang Tumbuh Kembang Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Sri Prihantini Lestari Wijayanti. Menurut Sri, untuk memastikan bahwa Kota Bandung memiliki fasilitas dan kebijakan yang cukup mewadahi kepentingan anak, Ia akan melakukan berbagai observasi ke berbagai pihak.

"Ini bukan lomba, karena yang menilai Kota Bandung ini ya orang Bandung sendiri. Untuk menjangkau objektivitas, kami harus melakukan diskusi lagi," kata Sri.

Sri mengatakan, yang akan membuat Kota Bandung ini pantas disebut Kota Layak Anak adalah penilaian dari anak-anak sendiri. Yakni, apakah mereka nyaman tinggal di Kota Bandung. "Yang merasakan anak sendiri, warganya sendiri," katanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement