REPUBLIKA.CO.ID,SOREANG -- Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum mengungkapkan penyebab banjir yang terjadi akibat meluapnya sungai Ciwidey, Rabu malam (3/5) karena faktor alih fungsi lahan di hulu sungai. Kondisi tersebut berdampak sungai lebih curam sehingga luapan air merusak 27 bangunan di bantaran sungai.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum, Yudha Mediawan mengatakan berdasarkan data operation room dan citra satelit, kontur sungai Citarum curam tetapi gunduk. Perkebunan teh dan hutan yang bisa berfungsi sebagai penahan debit air berubah fungsi menjadi tanaman musiman seperti kentang.
“Akibat alih fungsi lahan di hulu saya perkirakan adanya perubahan lahan sehingga air tidak bisa ditahan dan dam alam ini jebol,” ujarnya, Kamis (4/5).
Sebelumnya, banjir luapan Sungai Ciwidey menerjang 27 rumah. Empat rumah dinyatakan rusak parah, bahkan dua di antaranya hanyut tersapu banjir bandang.
Menurutnya, masalah lain yang muncul adalah sedimentasi dan penyempitan aliran sungai yang memiliki panjang 20 Km. Dimana, hulunya berada di Gunung Patuha, Sugihmukti, Kecamatan Pasirjambu sehingga menciptakan banjir bandang karena air tak tertampung.
Ia mengatakan berjamurnya bangunan di sempadan sungai juga berdampak kepada terjadinya banjir. Lantaran hal itu diperlukan koordinasi antarlembaga untuk menyelesaikan masalah tersebut di samping BBWS melakukan revitalisasi sungai.
Yudha mengatakan penanganan anak sungai Citarum harus segera dilakukan untuk meminimalisasi korban jiwa. Sebab saat ini hujan malah bertambah besar.
Warga Kampung Kaum Kidul Barat Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung, Yani (43 tahun) mengaku trauma dengan kejadian banjir bandang. Sebab saat kejadian dirinya berada di rumah dan akibat air deras menghantam tembok.
Ia mengaku takut jika harus kembali tinggal di bantaran Sungai Citarum dan lebih memilih ingin pindah. Saat ini ia beserta istrinya tinggal sementara di rumah tetangga bersama anak.