Jumat 05 May 2017 08:37 WIB

Bekraf Siapkan Program Indonesian Cinema di Cannes Film Market

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Hazliansyah
Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf)
Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Festival Film Cannes diakui sebagai ajang penghargaan film terbesar dan bergengsi di dunia. Pada tahun ini, Festival Film Cannes telah memasuki tahun penyelenggaraan ke-70. Rencananya, Festival Film Cannes 2017 ini akan digelar pada 17-22 Mei mendatang.

Dalam penyelenggaran Festival Film Cannes biasanya akan digelar Cannes Film Market (Market du Film). Di ajang ini, para profesional di bidang perfilman dari berbagai dunia berkumpul. Dari data terakhir, setidaknya ada 12 ribu profesional di bidang perfilman, yang terdiri dari 3.200 produser, 1.200 sales agent, 1.750 agent buyer, dan 800 festival organizer mengunjungi Cannes Film Market.

Potensi inilah yang dimanfaatkan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) untuk mempromosikan perfilman Indonesia. Dalam ajang itu, Bekraf telah menyewa paviliun seluas 50 meter persegi, yang berlokasi di Village International Pantiero 224.

Paviliun ini akan dimanfaatkan sebagai country booth dimana para pengunjung dapat melihat program-program perfilman Indonesia dan menjadi upaya untuk mempromosikan potensi peluang industri perfilman nasional terhadap pihak-pihak yang bergelut di dunia perfilman internasional.

Ini merupakan pertama kalinya keterlibatan Bekraf dalam mendukung partisipasi Indonesia di ajang Film Festival Cannes. Berbagai program dengan tajuk "Indonesian Cinema" telah disiapkan oleh Bekraf. Program ini pun tidak hanya aspek film.

"Jadi film hanya salah satu aspek yang dipromosikan. Ini pertama kalinya dilakukan oleh pemerintah di paviliun Indonesia," ujar Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Ricky Joseph Pesik, kepada wartawan saat jumpa pers 'Indonesia Cinema' di Hotel Grand Mercure, Jakarta Pusat, Kamis (4/5).

Selain mempromosikan film, lanjut Ricky, ada lima aspek perfilman Indonesia yang turut dipromosikan dalam ajang tersebut. Aspek tersebut adalah investasi, lokasi syuting, proyek film, Intelectual Property (IP), dan festival.

Di aspek investasi, tutur Ricky, Bekraf bekerjasama dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mempromosikan peluang investasi di bidang perfilman Indonesia. Hal ini pun seiring dengan dicabutnya film dari Daftar Negatif Investasi (DNI).

"Itu bisa berlaku untuk perusahaan film yang mau menanamkan investasinya ke produksi film atau mau juga buka usaha perbioskopan di Indonesia atau membuka usaha lain terkait industri perfilman di Indonesia," tutur Ricky.

Selain itu, di paviliun Indonesia Cinema, Bekraf juga telah mengajak lima Pemerintah Daerah (Pemda) untuk mempromosikan wilayahnya sebagai lokasi syuting. Lima Pemda itu antara lain, Bayuwangi, Kabupaten Siak, Yogyakarta, Kota Bandung, dan Bojonegoro.

Sementara untuk film festival, Ricky menjelaskan, Bekraf akan membawa dua film festival yang selama ini telah digelar di Indonesia, yaitu Jogja Netpac Asian Film Festival dan Festival Film Dokumenter Jogja.

"Jogja Netpac itu kelasnya sudah Asia dan sudah bertahan 11 tahun serta makin lama perkembangannya makin pesat. Kenapa kita tidak mempromosikan mereka di event sebesar Cannes Film Festival. Inilah saatnya kesempatan ini," tuturnya.

Tidak hanya itu, untuk pertama kalinya ada promosi tentang Intellectual Property (IP) dari industri perfilman Indonesia. Ricky memberi contoh, tidak tertutup kemungkinan ada perusahaan film yang tertarik untuk membeli license salah satu film produksi Indonesia guna dijadikan game atau produk kreatif yang lain. Ini terkait dengan pengakuan terhadap Hak Kekayaan Intelektual.

"Dan di market seperti di Cannes itu memungkingkan untuk bisa terjadi," kata Ricky.

Secara lebih luas, Ricky menjelaskan, dalam konteks kepentingan industri dan memperluas kemanfaatan ekonomi industri perfilman. Berkraf akan terus menggunakan skema ini. Jadi memperbesar kemungkinan kemanfaatan ekonomi.

Dalam rangkaian program ini, Bekraf akan membawa setidaknya sembilan film, lima film project, dan dua Intelectual Property (IP), dan dua festival film.

Sementara menurut perwakilan dari Badan Perfilman Indonesia (BPI), Lalu Rois Amri, Festival Film Cannes memang memiliki keunggulan tersendiri, terutama dalam hal mempromosikan industri perfilman Indonesia.

"Seluruh dunia 'jualan' di sana. Termasuk Hollywood. Ini memang pasar film terbesar di dunia, pertemuan semuanya di Cannes. Bahkan, sekarang sudah menjadi tradisi, dalam beberapa tahun terakhir, launching filmnya Hollywood itu di Cannes," tutur Lalu.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement