Sabtu 06 May 2017 17:51 WIB

Kandidat Presiden Korsel dari Liberal Tetap Keras pada Korut

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Ani Nursalikah
Calon presiden Korea Selatan dari Partai Rakyat yang berhaluan konservatif Ahn Cheol-soo saat kampanye di Goyang, Korea Selatan.
Foto: AP Photo/Ahn Young-joon
Calon presiden Korea Selatan dari Partai Rakyat yang berhaluan konservatif Ahn Cheol-soo saat kampanye di Goyang, Korea Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Berbeda dengan pesaingnya Moon Jae-in dari Partai Demokratik Korea yang berhaluan liberal, Ahn Cheol-soo dari Partai Rakyat akan tetap mengambil sikap lebih keras dan tegas terhadap Korut. Sikapnya ini selaras dengan pendekatan kelompok konservatif yang telah dilakukan selama satu dekade terakhir.

Ahn Cheol-soo menghendaki sanksi dan tekanan terhadap Korut dipertahankan. Ia juga ingin agar angkatan bersenjata serta aliansi militer dengan AS diperkuat. Hal ini dinilai sebagai strategi Ahn Cheol-soo untuk menggalang dukungan dari kalangan konservatif.

Sejak presiden Park Geun-hye dimakzulkan karena terlibat skandal korupsi dan penyalahgunaan wewenang, kalangan konservatif Korsel memang telah menunjukkan dukungannya untuk Ahn Cheol-soo. Selain karena memiliki cara pandang yang selaras terhadap Korut, kalangan konservatif juga tidak menginginkan Moon Jae-in terpilih menjadi presiden. Sebab hal itu tentu akan mengurangi atau melemahkan sanksi terhadap Pyongyang.

Kalangan konservatif beranggapan Moon adalah simpatisan Korut. Mereka juga tidak percaya pemerintahan liberal masa lalu betul-betul memberikan bantuan pangan ketika Korut dilanda kelaparan. Konservatif menduga bantuan pangan tersebut diberikan bukan kepada rakyat Korut, melainkan kelompok militernya.

Namun terlepas dari perbedaan antara Moon Jae-in dan Ahn Cheol-soo, banyak analis menilai keduanya sebaiknya memang membuka jalur perundingan dengan Korut. Hal itu tentu untuk menciptakan keamanan dan kedamaian di Semenanjung Korea.

Baca: Capres Korsel Moon Jae-in Ingin Perbaiki Hubungan dengan Korut

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement