Ahad 07 May 2017 19:23 WIB

Tahun Ini Transaksi Fintech Diprediksi Capai Rp 250 Triliun

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Nur Aini
Fintech (ilustrasi)
Foto: flicker.com
Fintech (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Nilai transaksi financial technology (Fintech) di Indonesia sepanjang tahun ini diprediksi akan mencapai 19 miliar dolar AS atau sekitar Rp 253,44 triliun (asumsi 1 dolar AS =  Rp 13.339). Namun, menurut Chief Lembaga Riset Telematika Sharing Vision, Dimitri Mahayana, nilai transaksi tersebut baru mencapai 25 persen dari total potensi Fintech di seluruh Indonesia, yang diperkirakan mencapai Rp 1.000 triliun tahun ini. Dimitri memprediksi, pada 2021 nilai transaksi Fintech di Indonesia akan mencapai 37,146 miliar dolar AS (Rp 495,5 triliun).

"Potensi Fintech didukung investor. Sepanjang 2016 ada Rp 486,3 miliar investasi yang masuk ke sektor ini," ujar Dimitri di Bandung, Ahad (7/5).

Dimitri mengatakan, layanan Fintech yang paling familiar di Indonesia adalah pembayaran (payment) dan pembiayaan (lending). Potensi Fintech di sektor transaksi elektronik (e-payment), datangnya, dari penetrasi alat pembayaran kartu di Indonesia, baik kartu debit, kredit, maupun e-money. Di sisi lain, regulator juga terus mendukung pertumbuhan e-payment.

Dimitri menilai, rencana Bank Indonesia (BI) untuk segera mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) tentang National Payment Gateway (NPG) akan mendorong Fintech dengan infrastruktur yang saling interkoneksi dan interoperability antara ATM, kartu debit dan e-money. Boomingnya e-commerce juga dipastikan akan mendongkrak penggunaan Fintech.

Data Bank Indonesia mencatat dalam tiga tahun terakhir e-payment melonjak tajam. Pada 2016 jumlah e-payment tercatat mencapai 683,13 juta transaksi dengan nilai Rp 7,06 triliun.  Jumlah tersebut, kata dia, naik tajam dibandingkan 2015. Saat itu e-payment baru mencapai 535,58 juta transaksi senilai Rp 5,28 triliun dan 2014 sebanyak 203,37 juta transaksi senilai Rp 3,32 triliun.

Sementara itu, ditemui pada Paytren Vaganza 2017 di Eldorado, Bandung, akhir pekan lalu, Direktur Utama (Dirut) Paytren, Hari Prabowo, juga mengatakan, Fintech berpotensi tumbuh subur di Indonesia. Hal tersebut, tidak terlepas dari masih banyaknya masyarakat Indonesia yang belum tersentuh perbankan. Padahal, banyak diantara mereka yang memiliki uang dan smartphone serta sudah melek teknologi internet.

"Inilah yang menjadi pasar potensial fintech. Mereka pulalah yang menjadi sasaran pemasaran Paytren," katanya.

Menurut Hari, dengan mengenalkan Fintech kepada masyarakat yang belum tersentuh perbankan tersebut, diharapkan menjadi jembatan untuk menghantarkan mereka menjadi pengguna jasa layanan perbankan di kemudian hari. "Target kami ke sana," kata Hari.

Menurut dia, saat ini nilai transaksi Paytren sudah mencapai Rp 5,6 miliar-Rp 8 miliar per hari. Rata-rata setiap harinya terjadi 200 ribu-300 ribu transaksi. Total pengguna Paytren mencapai 1,4 juta dan 90 persen di antaranya berada di Indonesia. "Paytren sudah ada di 24 negara. Pasar kedua terbesar kami adalah Korea Selatan. Pertumbuhan pelanggan sekitar 3.000-4.000 akun per hari," kata Hari.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement