REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar Informasi dan Teknologi (IT) menilai infrastruktur IT termasuk sistem keamanan IT perbankan di Indonesia sudah cukup baik dan aman. Hanya saja perkembangan pesat yang terjadi di dunia keamanan IT, membuat sistem perbankan harus diaudit secara berkala, untuk memastikan keamanannya.
"Perbankan juga harus melakukan monitoring terhadap system critical mereka serta menyiapkan mitigasi tepat dan optimal," ujar pakar siber dan digital forensik Ruby Alamsyah saat dihubungi Republika.co.id, Ahad, (7/5). Dengan begitu, ia menambahkan, setiap insiden dapat diatasi secara cepat, tepat, serta meminimalkan risiko kerugian.
Terkait sistem Mandiri Online milik Bank Mandiri yang sempat bermasalah pada beberapa hari belakangan, menurutnya karena terjadinya corrupt system pada produk baru tersebut. Sehingga memunculkan informasi tidak tepat pada rekening nasabah tertentu.
Ruby mengatakan, sebenarnya tujuan Bank Mandiri meluncurkan Mandiri Online adalah supaya lebih aman dari modus kejahatan internet banking yang marak terjadi di 2015 dan 2016. Pada platform digital baru itu, perseroan juga menambahkan beragam fitur baru.
Dirinya menjelaskan, modus kejahatan internet banking yang paling merugikan adalah Man in the Middle Attack (MITM). Modusnya dengan memasang malware pada browser di komputer nasabah, sehingga saat nasabah melakukan internet banking, pelaku bisa membelokkan transaksi perbankan ke rekening yang mereka ingini.
"Modus MITM jelas merugikan nasabah sendiri secara langsung dan saat itu perbankan mengelak bahwa yang terjadi bukan pembobolan pada sistem perbankan mereka," tutur Ruby. Ia menuturkan, biasanya perbankan akan mengatakan kesalahan ada pada nasabah yang tidak mewaspadai komputernya terkena virus atau malware tertentu.