Senin 08 May 2017 10:12 WIB

Kekalahan Marine Le Pen Bukan Akhir dari Ekstrem Kanan Prancis

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nur Aini
Kandidat Presiden Prancis dari Partai Front Nasional Marine Le Pen.
Foto: AP
Kandidat Presiden Prancis dari Partai Front Nasional Marine Le Pen.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Sayap ekstrem kanan Partai Front National Prancis tidak akan lenyap dari lanskap politik hanya karena Marine Le Pen kalah dalam pemilu presiden. Le Pen mungkin berhasil disingkirkan oleh kandidat moderat Emmanuel Macron, setelah pendukung sayap kanan dan sayap kiri bergabung untuk menjatuhkannya, tapi dia masih memenangkan suara hingga 11 juta.

Le Pen bersumpah dia akan secara radikal merombak dan menemukan kembali gerakan politiknya. Hal itu membuka kemungkinan Partai Front Nasional akan berganti nama. Pemilu kali ini adalah torehan sejarah baru bagi Front National, sebagai sebuah partai anti-imigran dan anti-Uni Eropa. Di bawah kepemimpinan Le Pen, partai yang dianggap rasis, antisemit, dan anti-Muslim oleh lawan politiknya ini telah mencoba memulihkan citranya dalam beberapa tahun terakhir.

Kehadiran Partai Front National di jantung politik Prancis, yang gagasannya telah disesuaikan dengan partai-partai arus utama, sekarang sedang dipertaruhkan. Masuknya Le Pen di putaran final pemilu, diterima sebagai sesuatu yang tak terelakkan oleh dunia politik Prancis setelah bertahun-tahun, setelah unjuk rasa besar pernah mewarnai pemilu ayahnya pada 2002 silam.

Pemilu ini juga menunjukkan, Front Nasional telah perlahan mendapatkan tempat dalam 45 tahun terakhir dan kenaikan elektoral yang stabil harus dilihat dalam waktu jangka panjang. Isu-isu yang ingin difokuskan dan dimanfaatkan oleh partai tersebut adalah ancaman teroris, krisis pengungsi, imigrasi, pengangguran massal, dan deindustrialisasi.

"Front Nasional belum selesai. Kami tidak punya alasan untuk percaya bahwa pasar kerja akan berubah menjadi lebih baik dalam beberapa tahun ke depan. Kami tidak memiliki alasan untuk percaya bahwa dampak negatif globalisasi akan berhenti di tahun-tahun mendatang. Tapi jika situasinya lebih buruk pada 2022, saat pemilihan presiden berikutnya, mereka bisa bangkit kembali," kata Jean-Yves Camus, direktur Observatory of Radical Politics di Jean-Jaurès Foundation di Paris, dikutip The Guardian.

Sejak Le Pen mengambil alih kepemimpinan Front Nasional dari ayahnya enam tahun yang lalu, partai tersebut terus mengalami peningkatan. Partai banyak mengalami keuntungan dalam setiap pemilihan lokal. Meski begitu, ada sanggahan dari pihak internal partai mengenai bagaimana Le Pen menjalankan kampanyenya. Janji Le Pen untuk meninggalkan mata uang euro dipandang telah menghalangi pemilih untuk memberikan suara kepadanya.

Penampilan Le Pen dalam debat TV juga dipandang agresif, tidak menentu, dan sangat bertentangan dengan tujuan awalnya untuk tampil sebagai seorang presiden. Hal itu dinilai telah mempengaruhi pemilih dalam pemungutan suara putaran kedua.

Generasi muda pejabat partai yang ingin memindahkan Front Nasional dari posisi oposisi selama bertahun-tahun ke posisi penguasa pemerintahan, akan menunjukkan kegelisahan mereka terkait kebijakan partai dalam kongres partai yang akan diadakan pada akhir tahun ini. Akan tetapi posisi pribadi Le Pen untuk saat ini dinilai masih aman. Dia menjalankan partainya dari atas ke bawah dan tidak meninggalkan ruang bagi tokoh senior untuk menentangnya.

Fokus Partai Front National sekarang adalah pemilihan parlemen Prancis yang akan diadakan dalam dua putaran pada 11 dan 18 Juni mendatang. Partai tersebut hanya memiliki dua anggota parlemen di majelis nasional Prancis yang memiliki 577 kursi dan berharap bisa memenangkan setidaknya 15 kursi parlemen.

Front National juga harus mengatasi masalah korupsi dan investigasi keuangan mengenai dana partai. Selama kampanye, Le Pen menolak menghadiri panggilan polisi dalam penyelidikan mengenai apakah partainya telah menyalahgunakan dana lebih dari 300 ribu euro.

Partai ini juga dituduh secara ilegal membayar pekerja partai Prancis dari parlemen Eropa. Setelah pemilihan parlemen pada Juni, Le Pen kemungkinan harus menghadapi tuduhan ini dan ditanyai oleh polisi.

Jumlah suara untuk Le Pen di putaran pertama pemilu menunjukkan, dia telah meningkatkan dukungan partainya di wilayah industri dan juga pedesaan. Di babak pertama itu, Front Nasional menjadi partai terbesar di antara kelas pekerja dan telah meningkatkan dukungannya di sektor publik.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement