REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Imam Besar Masjid New York Shamsi Ali komentari berita berjudul "Kekalahan Gubernur Indonesia (Ahok) Menunjukan Meningkatnya Kekuatan Islam (garis keras)" yang dibuat the New York Times pada Sabtu (6/5). Menurut dia, tidak ada yang salah dengan pilihan masyarakat DKI Jakarta karena sudah menjadi hak mereka untuk memilih.
"Saya garuk-garuk kepala melihat sikap sebagian, termasuk NY Times ini," kata Shamsi Ali kepada Republika.co.id, Senin (8/5).
Ia menerangkan, semua hiruk pikuk yang terjadi dalam proses demokrasi, selama tidak dengan kekerasan maka wajar-wajar saja. Termasuk di dalamnya ketika sebagian masyarakat menentukan pilihan berdasarkan kriteria yang mereka yakini.
"Lalu kenapa setelah mereka menang, dilakukan tuduhan-tuduhan seperti ini (Islam garis keras)?" ujarnya.
Menurut Imam Shamsi yang juga Presiden Nusantara Foundation, melihat kejadian ini sebagai sikap hypocritical dan double standard. Ketika pihak lain memenangkan proses demokrasi saat Pilkada DKI Jakarta, demokrasi tidak lagi indah.
"Saya khawatir, jangan-jangan semua itu hanya sekedar basa-basi untuk kepentingan tertentu," katanya.
Ia menyampaikan, proses Pilkada DKI Jakarta telah berlalu. Maka beri kesempatan kepada pemenang yaitu Anies Baswedan-Sandiaga Uno untuk membuktikannya. Jika mereka gagal, biarkan masyarakat Jakarta menilainya pada pilkada berikutnya. Sekarang mereka belum memulai tugasnya, semuanya berlebihan langsung meminta janji-janjinya dipenuhi.
"Semua pada lebay minta (Anies-Sandi) janji-janji dipenuhi, wong belum ada transfer jabatan, bung," ujarnya.
Imam Shamsi menegaskan, dirinya akan berada di garis depan untuk mengingatkan dan mengkritik jika pemenang pilkada tidak memenuhi harapan masyarakat. Namun, yang harus dilakukan saat ini adalah move on. Berikan kesempatan kepada gubernur terpilih.