Senin 08 May 2017 15:59 WIB

Annisa, Berjuang melawan Hydrosepalus dan Tuberculosis

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Agus Yulianto
Annisa Febri Nurjanah, bocah berusia 5 tahun warga Kampung Bojongnangka, Desa Kopo, Kecamatan Kutawaringin, Kabupaten Bandung hari demi hari harus berjuang melawan penyakit Hydrosepalus yang dideritanya sejak lahir.
Foto: Republika/Fauzi Ridwan
Annisa Febri Nurjanah, bocah berusia 5 tahun warga Kampung Bojongnangka, Desa Kopo, Kecamatan Kutawaringin, Kabupaten Bandung hari demi hari harus berjuang melawan penyakit Hydrosepalus yang dideritanya sejak lahir.

REPUBLIKA.CO.ID, Annisa Febri Nurjanah, bocah berusia 5 tahun warga Kampung Bojongnangka, Desa Kopo, Kecamatan Kutawaringin, Kabupaten Bandung hari demi hari harus berjuang melawan penyakit Hydrosepalus yang dideritanya sejak lahir. Saat ini, dirinya hanya terbaring lesu di kamar no 4 ruang Anyelir Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Soreang (8/5) sejak 2 pekan terakhir.

Isma Hermawati (28), ibu Annisa setiap saat menjaga anak keduanya itu bersama suaminya, Rian (30) yang berprofesi sebagai wiraswasta. Melihat anaknya terbaring lemas di kasur rumah sakit, membuat mereka tak kuasa menitikan air mata. Sesekali kening anaknya diusap, berharap agar segera sembuh.

Tiga kali, anaknya menjalani operasi. Saat berusia satu tahun operasi pertama dilakukan di RSHS Bandung. Kedua dan ketiga kalinya, operasi dilakukan di RS Fatmawati, Jakarta berkat bantuan dana dari Yayasan Sedekah Rombongan dan Yayasan Sayap Ibu Bintaro.

Saat ini, diameter kepala Annisa berukuran kurang lebih 76 Sentimeter, sementara diusianya ke lima tahun tubuhnya kurus kerontang karena hanya memiliki bobot badan sekitar 11 kilogram. Sejak lahir pula, Annisa hanya terbaring di kasur.

"Kondisinya sempat membaik setelah operasi. Namun memasuki usia ke 5, Annisa kembali drop dan kembali masuk rumah sakit," ujar Isma saat ditemui di RS Soreang, Senin (8/5).

Menurutnya, saat Annisa kembali drop, dokter bedah saraf mengharuskan dirawat di rumah sakit karena harus dipasang selang di kanan dan kirinya untuk menopang cairan otaknya. Dirinya semakin kaget saat belakangan diketahui paru-paru Annisa diketahui mengidap Tuberculosis.

"Sering kejang di rumah, kurang lebih dalam sehari ada lima kali, tidak teratur kapan kejang, kepalanya semakin membesar," katanya.

Ia menuturkan, meski tengah dalam kondisi keuangan yang sulit, banyak pihaknya yang membantu untuk pengobatan Annisa. Dinas Sosial Kabupaten Bandung pun kerap memberikan pendampingan dan bantuan terutama saat BJPS yang dimilikinya sempat tak bisa digunakan karena menunggak iuran hingga Rp 4 juta.

Saat ini, katanya, pihak yayasan ingin membawa Annisa ke RSHS untuk dilakukan penyedotan cairan otak. Namun, kondisi anak masih belum stabil sehingga pihak RSUD tidak mau mengambil risiko. Lebih dari itu, Isma menginginkan, agar anaknya bisa pulih dan melakukan terapi.

"Saya juga ingin Annisa bisa melihat, ada rujukan untuk ke RS Mata Cicendo, tapi kondisi fisiknya belum stabil," ungkapnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement