Senin 08 May 2017 17:30 WIB

Siapakah yang Dimaksud Penduduk Madyan?

Rep: Sya/Berbagai Sumber/ Red: Agung Sasongko
Ilustrasi kafilah dagang di gurun pasir
Foto: saharamet.org
Ilustrasi kafilah dagang di gurun pasir

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Pada awal masa kenabian Musa AS, ketika ia meninggalkan negeri Mesir, Musa diperintahkan untuk menuju Madyan. Di negeri itu, tinggal Nabi Syuaib AS dan keluarganya.

Ketika Musa sampai di sumber negeri Madyan, ia menjumpai sekelompok orang yang sedang meminumkan ternaknya. Musa mendapati, di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang membawa ternaknya untuk keperluan yang sama, yaitu meminumkan ternaknya di sumber air tersebut.

Musa lalu mendekati mereka dan kedua wanita berkata padanya, ''Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami) sebelum penggembala-penggembala itu memulangkan (ternaknya), sedangkan bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya.'' Musa lalu menolong keduanya dan meminumkan ternak milik kedua orang wanita tersebut.

Atas usaha Nabi Musa tersebut, kedua wanita itu lalu menyampaikan perihal bantuan yang diberikan Musa kepada orang tuanya (Syuaib AS). Dan, kedua wanita itu berharap agar orang tua mereka mengambil Musa sebagai pekerja untuk menggembalakan ternak mereka.

Alasannya, Musa sangat kuat dan dapat dipercaya (jujur). Singkat cerita, akhirnya Nabi Syuaib AS mengambil Musa sebagai menantunya. Dengan mahar menggembalakan ternaknya selama delapan tahun hingga 10 tahun. Kisah ini secara lengkap termuat dalam Alquran surah Alqashash [28] ayat 23-28.

Kisah serupa juga terdapat dalam kitab orang-orang Kristen, yaitu dalam kitab Keluaran 2: 15-22.

Dalam buku Qishash al-Anbiya' (Kisah Para Nabi), Ibnu Katsir menjelaskan, peristiwa itu terjadi di negeri Madyan, sebagaimana keterangan ayat 23 surah Alqashash [28].

Penduduk Madyan adalah satu kaum Arab yang tinggal di kota yang bernama Madyan. Kota tersebut terletak di daerah Ma'an, di ujung daerah Syam, di samping tepian Kota Hijaz, dan dekat dengan laut, tempat ditenggelamkannya kaum Luth AS. Mereka muncul dalam rentang waktu yang sangat dekat dengan musnahnya kaum Luth.

Prof Muhammad Yasin al-Khiyari dalam Mukhtasar Al-Ansab al-Anbiyaa' menyatakan, tempat itu adalah Ma'an di Yordania yang merupakan tempat menetapnya kaum Madyan.

Ada pula yang menyebutkan, lokasi sumur itu ada di Bada', ibu kota Madyan. Namun, Mahmud al-Qasim dalam Jughfariyah al-Qashash al-Qurni (Geografi Kisah-kisah dalam Alquran) menyebutkan, al-Bada' bukanlah ibu kota Madyan sebagaimana dipandang mayoritas sejarawan.

Madyan adalah nama sebuah kabilah yang terdiri atas anak keturunan Madin bin Madyan bin Ibrahim al-Khalil As. Nabi mereka adalah Syuaib, putra dari Mikyal bin Yasyjan.

Dalam buku Atlas Sejarah Nabi dan Rasul karya Sami bin Abdullah Al-Maghluts, dijelaskan bahwa Nabi Syuaib AS adalah putra dari Mikael bin Yasyjar bin Madyan bin Ibrahim AS. Nabi Ibrahim memiliki anak sebanyak 13 orang, dua di antaranya adalah Ismail dan Ishak.

Sementara itu, Sayyid Quthb dalam tafsir Fi Zhilal Al-Qur'an menarjihkan bahwa orang tua yang ada dalam kisah ini bukanlah Nabi Syuaib AS, melainkan seorang tua yang beriman. ''Sebelumnya, saya sudah mengatakan bahwa orang ini adalah Syuaib. Saya pernah pula mengatakan bahwa orang itu barangkali Syuaib dan bisa pula bukan. Sekarang, saya cenderung menarjih bahwa ia bukanlah Syuaib, tapi ia adalah seorang tua lain dari Madyan,'' tulis Quthb.

Alasan Quthb, jika memang kedua orang wanita tersebut anak dari Nabi Syuaib, seharusnya para penggembala itu menghormati orang tuanya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement