REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagaimana diterangkan dalam berbagai buku sejarah nabi dan rasul yang merujuk pada keterangan Alquran, Nabi Syuaib AS diutus oleh Allah SWT kepada kaum Madyan dan Aikah (QS Al-A'raf [7]: 85, Alhijr [15]: 78, dan Asysyu'ara [26] : 176).
Kaum Madyan adalah umat Nabi Syuaib yang suka melakukan kecurangan dalam perdagangan mereka. Kaum ini senantiasa mengurangi timbangan atau takaran. Selain itu, kaum ini juga suka menakut-nakuti orang dan menghalang-halangi orang yang mau beribadah dengan duri di jalan-jalan.
Allah kemudian mengazab kaum Madyan dengan gempa hingga mereka mati dalam rumahnya masing-masing (QS Al-A'raf [7]: 91).
Adapun kaum Aikah adalah penyembah hutan rimba dan pepohonan. Kaum ini ditimpakan azab berupa gumpalan awan panas. Mereka berusaha mendekati awan itu untuk berlindung dari panasnya suhu udara. Sebaliknya, semakin dekat mereka justru hawanya semakin panas selama tujuh hari berturut-turut. Saking panasnya, air sumur mereka pun sampai mengering.
Namun, di balik azab yang menimpa kaumnya, sebelum peristiwa itu terjadi, kaum Madyan terkenal sebagai kaum yang pandai. Mereka menggali dan memahat gunung-gunung sebagaimana dilakukan oleh kaum Nabi Saleh AS (Tsamud) untuk dijadikan rumah-rumah mereka. Rumah-rumah gunung milik kaum Nabi Saleh itu hingga kini masih bisa disaksikan dan terdapat di Madain Saleh, sekitar 440 kilometer dari Madinah.
Menurut sejumlah pendapat, Nabi Syuaib juga memiliki tempat tinggal yang sama dengan yang dimiliki kaumnya, yaitu di gunung-gunung yang digali atau dipahat dan dijadikan rumah atau gua. Gua-gua Syuaib ini terkenal hingga saat ini dan dinamakan dengan Maghayir Syuaib (gua-gua Syuaib).
Gua-gua Syuaib ini terdapat di Bada' yang terletak sekitar 225 kilometer di sebelah barat daya Tabuk. Kawasan ini merupakan oase (wahana) kuno di Jazirah Arabia.
Ptolemus, seorang sejarawan Yunani, menamakan tempat itu dengan Al-Ainiyah. Di kawasan ini, juga terdapat peninggalan-peninggalan purba dari bangsa Nabatea dan lainnya, sebagaimana tertulis dalam ukiran-ukiran Lehyani.
Reruntuhan dan puing-puing yang ada di sekitar lokasi tersebut, termasuk berbagai peninggalan dari kaum-kaum sebelumnya, jelas Sami bin Abdullah al-Maghluts, menunjukkan bahwa di tempat ini banyak kaum atau bangsa yang silih berganti menempati lokasi tersebut sepanjang masa perkembangan ekonomi dan cocok tanam pada beberapa abad sebelum masehi (SM). Nabi Syuaib diperkirakan hidup pada 1600-1490 SM.