REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Utusan Khusus PBB untuk Suriah Staffan de Mistura akan menggelar kembali perundingan damai antara pemerintah Suriah dengan kelompok oposisi di Jenewa pada 16 Mei mendatang. Hal ini diharapkan dapat segera menuntaskan konflik Suriah yang telah berlangsung dalam enam tahun terakhir.
Menjelang perundingan tersebut, de Mistura berharap kesepakatan tentang zona de-eskalasi atau penurunan aktivitas antara Turki, Iran, dan Rusia yang disepakati di Astana, Turki, pada pekan lalu, dapat diterapkan sepenuhnya.
"Dalam tahap ini dan berikutnya, de Mistura melihat ke depan untuk mengintensifkan kerja dengan para undangan dalam agenda perundingan, dalam konteks keseluruhan kerangka resolusi Dewan Keamanan (PBB) yang relevan, khususnya resolusi 2254 (2015)," kata Kantor Utusan Khusus PBB untuk Suriah dalam sebuah pernyataan, seperti dilaporkan laman Anadolu, Selasa (9/5).
Resolusi tersebut mendukung sebuah upaya perdamaian bagi Suriah dan menetapkan jadwal untuk perundingan. "Sebagai persiapan untuk perundingan lanjutan, utusan khusus (de Mistura) mengulangi harapannya kesepakatan yang dicapai pekan lalu di Astana antara para penjamin gencatan senjata yang diumumkan 29 Desember 2016, akan dilaksanakan secara penuh," lanjut Kantor Utusan Khusus PBB untuk Suriah dalam pernyataannya.
De-eskalasi tersebut diharapkan dapat menimbulkan efek signifikan untuk meredam tindak kekerasan di Suriah. Dengan demikian akan membantu membentuk lingkungan yang kondusif untuk menggelar perundingan intra-Suriah di Jenewa.
Perang Suriah merupakan salah satu konflik mematikan dunia saat ini. Konflik yang telah berlangsung selama enam tahun tersebut menyebabkan ratusan ribu orang tewas dan jutaan lainnya mengungsi. Tak ayal kondisi tersebut memicu krisis pengungsi dengan konsekuensi regional dan global.