Selasa 09 May 2017 13:40 WIB

PBB Gelar Perundingan Damai Suriah pada 16 Mei

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Ani Nursalikah
Utusan khusus Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Suriah Staffan de Mistura berbicara kepada wartawan usai negosiasi antara pemerintah Suriah dan oposisi di Jenewa, Switzerland, Jumat, 29 Januari 2016.
Foto: Martial Trezzini/Keystone via AP
Utusan khusus Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Suriah Staffan de Mistura berbicara kepada wartawan usai negosiasi antara pemerintah Suriah dan oposisi di Jenewa, Switzerland, Jumat, 29 Januari 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Utusan Khusus PBB untuk Suriah Staffan de Mistura akan menggelar kembali perundingan damai antara pemerintah Suriah dengan kelompok oposisi di Jenewa pada 16 Mei mendatang. Hal ini diharapkan dapat segera menuntaskan konflik Suriah yang telah berlangsung dalam enam tahun terakhir.

Menjelang perundingan tersebut, de Mistura berharap kesepakatan tentang zona de-eskalasi atau penurunan aktivitas antara Turki, Iran, dan Rusia yang disepakati di Astana, Turki, pada pekan lalu, dapat diterapkan sepenuhnya.

"Dalam tahap ini dan berikutnya, de Mistura melihat ke depan untuk mengintensifkan kerja dengan para undangan dalam agenda perundingan, dalam konteks keseluruhan kerangka resolusi Dewan Keamanan (PBB) yang relevan, khususnya resolusi 2254 (2015)," kata Kantor Utusan Khusus PBB untuk Suriah dalam sebuah pernyataan, seperti dilaporkan laman Anadolu, Selasa (9/5).

Resolusi tersebut mendukung sebuah upaya perdamaian bagi Suriah dan menetapkan jadwal untuk perundingan. "Sebagai persiapan untuk perundingan lanjutan, utusan khusus (de Mistura) mengulangi harapannya kesepakatan yang dicapai pekan lalu di Astana antara para penjamin gencatan senjata yang diumumkan 29 Desember 2016, akan dilaksanakan secara penuh," lanjut Kantor Utusan Khusus PBB untuk Suriah dalam pernyataannya.

De-eskalasi tersebut diharapkan dapat menimbulkan efek signifikan untuk meredam tindak kekerasan di Suriah. Dengan demikian akan membantu membentuk lingkungan yang kondusif untuk menggelar perundingan intra-Suriah di Jenewa.

Perang Suriah merupakan salah satu konflik mematikan dunia saat ini. Konflik yang telah berlangsung selama enam tahun tersebut menyebabkan ratusan ribu orang tewas dan jutaan lainnya mengungsi. Tak ayal kondisi tersebut memicu krisis pengungsi dengan konsekuensi regional dan global.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement