REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Negara-negara anggota Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) akan meningkatkan kerja sama penanggulangan terorisme di daerah tujuan wisata. Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan, Wiranto mengatakan banyak negara menaruh perhatian pada isu tersebut.
"Pemerintah Indonesia mendukung upaya kerja sama untuk menyusun strategi bersama untuk menjaga daerah tujuan wisata aman dan nyaman dari ancaman terorisme," katanya dalam APEC Workshop Streingthening Tourism Businnes Resilience Against The Impact Terorist Attack di Nusa Dua, Selasa (9/5).
APEC Workshop kali ini dihadiri anggota APEC Counter Terrorism Working Group (CTWG), yaitu Indonesia, Australia, Chile, Kanada, Cina, Malaysia, Papua Nugini, Peru, Filipina, Rusia, Taiwan, Amerika Serikat, Selandia Baru, Thailand dan Vietnam. Wiranto mengatakan Indonesia pernah memiliki pengalaman pahit menghadapi teroris di daerah tujuan wisata.
"Jika daerah tujuan wisata diserang teroris, maka derah tersebut mati," kata Wiranto.
Mantan Panglima ABRI ini mengatakan aksi terorisme di Indonesia menghilangkan lapangan pekerjaan lebih dari dua juta orang di sektor industri terkait. Terorisme juga merugikan negara ratusan juta dolar AS karena menurunnya angka kunjungan wisatawan mancanegara (wisman), seperti yang pernah terjadi di Bali.
Formula-formula dalam upaya mengamankan daerah tujuan wisata, khususnya di negara-negara anggota APEC, menurut Wiranto perlu dirumuskan. Indonesia berkomitmen menanggulangi terorisme dengan pendekatan mulai dari hulu hingga hilir.
Obyek wisata saat ini kerap menjadi soft target operasi jaringan terorisme. Indonesia juga berbagi pengalaman memulihkan industri pariwisatanya pascaserangan bom teroris di Bali 2002 dan 2005.
"Bali mendapat pelajaran keras dari aksi terorisme 2002 yang mengguncang pariwisata dan ekonomi Bali," kata Gubernur Bali, Made Mangku Pastika.
Bali yang awalnya aman dan damai, kata Pastika mendadak menjadi target teroris. Ini membuat Bali menyadari bahwa teroris bisa menyerang di mana saja dan kapan saja.
Pastika mengusulkan adanya institusi yang berfungsi mencegah dan melawan terorisme untuk menjaga pariwisata global. Kerja sama yang kuat antara institusi internasional dan antarnegara menurutnya bisa dilakukan.