Rabu 10 May 2017 09:17 WIB

Pemberdayaan Dhuafa Jadi Fokus Gerakan Muhammadiyah

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Dwi Murdaningsih
Lazismu dan Komunitas otomotif berbuka bersama denan seribu anak yatim.
Foto: Lazismu
Lazismu dan Komunitas otomotif berbuka bersama denan seribu anak yatim.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA – Semangat menolong kesengsaraan umum menjadi salah satu ruh dakwah Muhammadiyah dari waktu ke waktu. Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, menegaskan dari semangat tersebut, lahirlah rumah sakit, poliklinik, panti asuhan, rumah miskin, rumah yatim, dan berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat.

“Dasarnya ada pada surat Al-Ma'un, bahwa beragama itu harus terwujud dalam gerakan membebaskan, memberdayakan, dan memajukan masyarakat dhu'afa mustadh'afin. Inilah dasar lahirnya teologi Al-Ma'un sebagai teologi pembebasan,” ajarnya, Selasa (9/5).

Menurut Haedar, teologi Al-Maun memiliki beberapa prinsip. Pertama, Islam sebagai agama amal yang menjunjung tinggi perbuatan baik sebagai bagian dari iman. Kedua, Islam agama pembebasan yang mengangkat kaum lemah dari penindasan. Ketiga, Islam agama praksis, yakni aksi yang bersifat humanisasi dan emansipasi, lalu membawa orang lemah menjadi berdaya dan maju.

Di Muhammadiyah, kata dia, semangat menolong kesengsaraan umum teraplikasi dalam lima gerakan. Antara lain melalui amal usaha kesehatan, pelayanan sosial, gerakan pemberdayaan masyarakat, penanggulangan bencana, serta gerakan lembaga amil zakat infak sedekah (lazis) untuk memobilisasi dana umat.