REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Geliat kehidupan di Kota Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) sempat terhenti sesaat begitu musibah banjir bandang melanda kota ini di pengujung 2016. Sejumlah infrastruktur, seperti Rumah Sakit PKU Muhammadiyah dan Pondok Pesantren Al Ikhlas merupakan bangunan yang menjadi sasaran amukan terjangan air saat banjir bandang.
Ketua BPH RS PKU Muhammadiyah Kota Bima Ichwan P Syamsudin mengatakan, aktivitas layanan rumah sakit sempat tidak beroperasi selama empat hari usai banjir melanda. Kerugian kerusakan infrastruktur di RS ditaksir mencapai Rp 6 miliar. Namun, tidak lama kemudian, RS PKU Muhammadiyah mulai bangkit perlahan dan memberikan layanan kepada masyarakat pada hari kelima pascabanjir dengan kemampuan yang terbilang seadanya.
"Saat itu peralatan untuk operasi dan radiologi sangat memprihatinkan. Berkat bantuan dukungan dorongan seluruh pimpinan Muhammadiyah, Alhamdulillah bisa bangkit lagi," kata Ichwan saat dihubungi Republika.co.id dari Mataram, NTB, Selasa (9/5).
Ichwan menceritakan, pelayanan RS PKU saat musibah banjir sangat memprihatinkan. Pasalnya, sekitar rumah 80 persen tenaga perawat di RS PKU juga terkena banjir. Kendati begitu, dia memuji sikap para pegawai rumah sakit yang membagi waktu antara membersihkan rumahnya dengan melayani para pasien.
"Kita merawat 300 orang saat banjir. Macam-macam penyakitnya, mulai dari patah, terkilir, lecet, diare, dan segala penyakit dampak dari bencana banjir," katanya.
Ichwan mengucapkan terimakasihnya kepada Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir yang secara langsung meresmikan kembali RS PKU Muhammadiyah setelah direnovasi pada Senin (7/5). "Kemarin, ketua umum Muhammadiyah menandatangani prasasti peresmian RS, dilanjutkan peletakan batu pertama tahap ketiga untuk ruang ICU, Mushalla, dan rawat inap yang diperkirakan rampung pada awal 2018," ujar Ichwan.
Dalam peresmiannya, Haedar, kata Ichwan, berpesan dalam mengelola RS PKU harus dengan semangat dakwah Islam, amar ma'ruf nahi munkar. Haedar juga meminta RS PKU Muhammadiyah Bima melayani semua komponen anak bangsa, tanpa membedakan latar belakang, ras atau suku.
"Karena pada dasarnya RS PKU dibangun dengan filosofi PKO, penolong kesengsaraan umum, itu intinya. Bangunan yang dibangun insya Allah akan sesuai dengan jiwa warga Muhammadiyah," kata Ichwan.
Selain RS PKU Muhammadiyah, Pondok Pesantren Al Ikhlas yang berada di Jalan Wolter Monginsidi, Kecamatan Asakota, Kota Bima juga tidak luput dari bencana banjir.
Direktur Ponpes Al Ikhlas Bima Ustaz Sirajuddin mengatakan, ponpes seluas dua hektare ini tidak luput dari terjangan banjir. Sejumlah infrastruktur, seperti asrama putra dan putri mengalami kerusakan cukup parah akibat banjir. Akibatnya, aktivitas belajar mengajar di sekolah agama yang dihuni sekitar 600 santri dari Bima, Flores, dan Sumba itu sempat terhenti sementara waktu. Alhamdulillah, pada 30 April lalu Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir membuka kembali pesantren tersebut dan kini proses pelajar mengajar berjalan seperti semula. Sirajuddin mengaku bersyukur dan berterimakasih atas kehadiran Haedar.
"Kata Pak ketua, jangan saat musibah membuat kita sedih berlarut-larut. Harus bangkit dan jangan tidur terus," ucap Ustaz Sirajuddin.
Sirajuddin menjadikan bantuan sejumlah pihak dalam proses renovasi bangunan ponpes sebagai semangat dalam membangun ponpes yang lebih baik lagi ke depan.